BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Chepal hematoma biasanya di sebabkan oleh cedera pada periosteum tengkorak
selama persalinan dan kelahiran,meskipun dapat juga timbul tampa trauma lahir.
Chepal hematoma terjadi sangat lambat,sehingga tidak nampak adanya oedema dan
eritema pada kulit kepala. Insidennya adalah 2,5%. Perdarahan dapat terjadi di
satu atau kedua tulang parietal. Tepi periosteum membedakan chepal hematoma
dari caput sucsedeneum. Terdapat juga faktor predisposisi yaitu seperti tekanan
jalan lahiryank terlalu lama pada kepala saat persalinan,moulage terlalu keras
dan partus dengan tindakkan seperti forcep maupun vacum ekstrasi. Caput terdiri
atas pembengkakan lokal kulit kepala akibat oedema yang terletak di atas
periosteum. Selain itu,chepal hematoma mungkn timbul beberapa jam setelah
lahir,sering tumbuh semakin besar ndan lenyap hanya setelah beberapa minggu
atau beberpa bulan.
Kelahiran seorang bayi merupakan
saat yang membahagiakan orang tua, terutama bayi yang lahir sehat. Bayi yang
nantinya tumbuh menjadi anak dewasa melalui proses yang panjang, dengan tidak
mengesampingkan faktor lingkungan keluarga. Terpenuhinya kebutuhan dasar anak
(asah-asih-asuh) oleh keluarga akan memberikan lingkungan yang terbaik bagi
anak, sehingga tumbuh kembang anak menjadi seoptimal mungkin. Tetapi tidak
semua bayi lahir dalam keadaan sehat. Beberapa bayi lahir dengan gangguan pada
masa prenatal, natal dan pascanatal. Keadaan ini akan memberikan pengaruh bagi
tumbuh kembang anak selanjutnya.
Proses kelahiran sangat dipengaruhi
oleh kehamilan. Dalam kehamilan yang tidak ada gangguan, diharapkan kelahiran
bayi yang normal melalui proses persalinan yang normal, dimana bayi dilahirkan
cukup bulan, pengeluaran dengan tenaga mengejan ibu dan kontraksi kandung rahim
tanpa mengalami asfiksia yang berat ataupun trauma lahir.
Pada saat persalinan, perlukaan atau
trauma kelahiran kadang-kadang tidak dapat dihindarkan dan lebih sering
ditemukan pada persalinan yang terganggu oleh salah satu sebab. Penanganan
persalinan secara sempurna dapat mengurangi frekuensi peristiwa tersebut.
Kelainan pada ibu dan bayi dapat
terjadi di beberapa saat sesudah persalinan bahkan persalinan normal sekalipun.
Pada umumnya kelahiran bayi normal cukup bulan merupakan tanggung jawab penuh
seorang bidan terhadap keselamatannya dan juga pada ibu pada persalinan normal.
Saat ini angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih sangat tinggi bahkan
tertinggi di Asia Tenggara.
Caput Succedaneum merupakan benjolan
yang membulat disebabkan kepala tertekan leher rahim yang saat itu belum
membuka penuh yang akan menghilang dalam waktu satu atau dua hari. Caput
succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi
bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi oedema sebagai akibat
pengeluaran serum dari pembuluh darah. Caput succedaneum tidak memerlukan
pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari.
Sedangkan Cephalhematoma biasanya
disebabkan oleh cedera pada periosteum tengkorak selama persalianan dan
kelahiran, meskipun dapat juga timbul tanpa trauma lahir. cephalhematoma
terjadi sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit
kepala. Insidennya adalah 2,5 %. Perdarahan dapat terjadi di satu atau kedua
tulang parietal. Tepi periosteum membedakan cephalhematoma dari caput
succedaneum. Caput terdiri atas pembengkaakan lokal kulit kepala akibat edema
yang terletak di atas periosteum. Selain itu, cephalhematoma mungkin timbul
beberapa jam setelah lahir, sering tumbuh semakin besar dan lenyap hanya
setelah beberapa minggu atau beberapa bulan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian
latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah pada kasus ini
adalah bagaimana memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Caput
Succedaneum dan Cephalhematoma.
1.3 Tujuan
1. Tujuan
Umum
Untuk mengetahui bagaimana memberikan asuhan neoatus dengan Trauma pada
Bayi Baru Lahir
dengan Caput Succedaneum dan Cephalhematoma.
2. Tujuan
Khusus
1.
Untuk
mengetahui pengertian caput succedaneum dan cephalhematoma
2.
Untuk
mengetahui Etiologi caput succedaneum dan cephalhematoma
3.
Untuk mengetahui gejala-gejala caput succedaneum dan cephalhematoma
4.
Untuk
mengetahui patofisiologi caput succedaneum dan cephalhematoma
5.
Untuk
mengetahui penanganan caput succedaneum dan cephalhematoma
6.
Untuk
mengetahui perbedaan antara caput succedaneum dan cephalhematoma
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN
Chepal
hematoma adalah perdarahan sub periosteal akibat kerusakkan jaringan poriestum
karena tarikkan atau tekanan jalan lahir dan tidak melampaui batas sutura garis
tengah. Pemeriksaan x-ray tengkorak di lakukan,bila di curigai adanya faktur
(mendekati hampir 5% dari seluruh chepal hematoma). Tulang tengkorak yang
sering terkena tulang adalah tulang temporal atau parietal di temukan pada
0,5-2% dari kelahiran hidup. (Menurut P.Sarwono.2002. Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal ; Bagus Ida Gede Manuaba. 1998 ; Prawiraharjo, Sarwono.
2002. Ilmu Kebidanan)
Chepal
hematoma adalah pembengkakan pada daerah kepala yang di sebabkan karena adanya
penumpukkan darah akibat pendarahan pada subperiostium. ( Vivian nanny Lia
dewi,2010 ). Kelainan ini agak lama menghilang (1-3 bulan). Pada gangguan yang
luas dapat menimbulkan anemia dan hiperbilirubinemia. Perlu pemantauan
hemoglobin, hematokrik, dan bilirubin. Aspirasi darah dengan jarum tidak perlu
di lakukan. ( Sarwono Prawirohardjo,2007).
Caput succedaneum adalah oedema dari
kulit kepala anak yang terjadi karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala
anak. Karena tekanan ini vena tertutup, tekanan dalam capiilair veneus meninggi
hingga cairan masuk kedalam jaringan longgar di bawah lingkaran tekanan dan
pada tempat yang terendah.
Kelainan ini akibat sekunder dari
tekanan uterus atau dinding vagina pada kepala bayi sebatas caput. Keadaan ini
dapat pula terjadi pada kelahiran spontan dan biasanya menghilang dalam 2-5
hari setelah lahir. Tidak diperlukan tindakan dan tidak ada gejala sisa yang
dilaporkan.
Caput succedaneum adalah
Pembengkakan yang terjadi karena adanya tekanan yang berlebihan letaknya diatas
periosteum atau karena adanya timbunan serum dibawah lapisan aponerose
diluar garis periostium, sehingga kepala bayi terlihat bengkak / edema. Hal ini
terjadi karena adanya tekanan pada kepala oleh jalan lahir. Yang disebabkan
karena partus lama dan persalinan dengan bantuan alat yaitu facum ekstraksi,
bisa juga dengan forcep. Pada umumnya, caput ini menghilang dalam kurun waktu 1
hari.
Pembengkakan akan melewati
garis tengah kepala dan menyeberangi ubun-ubun. Akan tetapi, benjolan ini tidak
berbahaya dan akan menghilang dengan sendirinya. Kepala yang tidak rata bisa
juga disebabkan pecahnya pembuluh darah akibat proses persalinan, ciri-cirinya
benjolan tidak akan melewati garis ubun-ubun. Bila darahnya banyak, bayi bisa
kekurangan darah dan kulitnya menjadi kuning. Maka meminimalisasikan penggunaan
alat bantu pada proses persalinan.
2.2 Etiologi Caput Succedaneum dan Cephalhematoma
Caput succedaneum terjadi karena
adanya tekanan yang kuat pada kepala pada saat memasuki jalan lahir sehingga
terjadi bendungan sirkulasi perifer dan limfe yang disertai dengan pengeluaran
cairan tubuh ke jaringan ekstravaskuler. Keadaan ini bisa terjadi pada partus
lama atau persalinan dengan Vaccum ektrasi.
Cephalhematoma dapat terjadi karena :
1. Persalinan
lama
Persalinan
yang lama dan sukar, dapat menyebab kan adanya tekanan tulang pelvis ibu
terhadap tulang kepala bayi, yang menyebabkan robeknya pembuluh darah.
2. Tarikan
vakum atau cunam
Persalinan
yang dibantu dengan vacum atau cunam yang kuat dapat menyebabakan penumpukan
darah akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan
periosteum.
3. Kelahiran
sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi.
A.3Gejala-gejala
Caput Succedaneum dan Cephalhematoma
a. Gejala
terjadinya Caput succedaneum antara lain:
1. Udema di kepala
2. Terasa lembut dan lunak pada perabaan
3. Benjolan berisi serum dan kadang
bercampur dengan darah
4. Udema melampaui tulang tengkorak
5. Batas yang tidak jelas
6. Permukaan kulit pada benjolan berwarna
ungu atau kemerahan
7. Benjolan akan menghilang sekitar 2-3
minggu tanpa pengobatan.
b. Gejala terjadinya
Cephalhematoma antara lain:
1. Adanya fluktuasi
2. Adanya benjolan, biasanya baru tampak
jelas setelah 2 jam setelah bayi lahir
3. Adanya chepal hematoma timbul di daerah tulang parietal, Berupa
benjolan timbunan kalsium dan sisa jaringan fibrosa yang masih teraba. Sebagian
benjolan keras sampai umur 1-2 tahun.
4. Kepala tampak bengkak dan berwarna merah.
5. Tampak benjolan dengan batas yang tegas
dan tidak melampaui tulang tengkorak
6. Pada perabaan terasa mula – mula keras
kemudian menjadi lunak.
7. Benjolan tampak jelas lebih kurang 6 – 8
jam setelah lahir
8. Benjolan membesar pada hari kedua atau
ketiga
9. Benjolan akan menghilang dalam beberapa
minggu.
2.4
Patofisiologi
1.
Caput
succedaneum
Pada kala II lama terjadi penekanan otot diafragma pelvis mengakibatkan
spasme pintu panggul. Dengan adanya gaya berat, mengakibatkan kontraksi uterus
sehingga tulang kepala tertekan. Sehingga fontanel meregang dan CSS (Central
Canal of Spinal cord) tidak bisa mengalir ke seluruh otak. Sehingga CSS
menerobos ke jaringan atau intraviber. Sehingga potensial (cairan) tedorong ke
bagian ubun-ubun besar dan terjadi timbunan CSS dibawah kulit kepala. Sehingga
menyebabkan Caput Succedaneum.
Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika memasuki
jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai
pengeluaran cairan tubuh ke jaringan extravasa. Benjolan caput ini berisi
cairan serum dan sering bercampur dengan sedikit darah.
Benjolan dapat terjadi sebagai
akibat bertumpang tindihnya tulang kepala di daerah sutura pada suatu proses
kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran kepalanya
agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya moulage ini ditemukan pada sutura
sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas
terlihat pada bayi premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua
hari.
2.
Cephalhematoma
Cephal hematoma terjadi akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi
tulang kepala ke jaringan poriosteum. Robeknya pembuluh darah ini dapat terjadi
pada persalinan lama. Akibat pembuluh darah ini, timbul timbunan darah di
daerah subperiosteal yang dari luar terlihat benjolan. Bagian kepala yang hematoma
bisanya berwarna merah akibat adanya penumpukan daerah yang perdarahan sub
periosteum.
2.5
Penanganan
1. Caput Succedaneum
Untuk
melakukan penanganan pada kasus caput succedaneum sebagai berikut:
a. Bayi dirawat seperti bayi normal
b. Awasi keadaan umum bayi
c. Lingkungan harus dalam keadaan baik, cukup
ventilasi, masuk sinar matahari (agar tidak terjadi hipotermi).
d. Pemberian ASI yang adekuat, ajarkan ibu cara
menetekan dengan tiduran untuk mengurangi anak jangan sering diangkat, agar
benjolan tidak meluas karena tekanannya meninggi dan cairan serebrospinalis
meningkat keluar.
e. Stimulus secara pelan untuk merangsang
pembuluh limfe dibawah kulit.
f. Memberikan konseling kepada orang tua
tentang:
1) Keadaan trauma pada bayi, tidak usah cemas
karena benjolan akan menghilang dalam 2 – 5 hari.
2) Perawatan bayi sehari-hari.
3) Manfaat dan cara pemberian ASI (bisa dengan
sendok)
g. Mencegah terjadinya infeksi dengan cara:
1) Perawatan tali pusat dengan baik.
2) Personal hygiene yang baik pada daerah
luka.
3) Pemberian ASI yang adekuat.
2. Cephalhematoma
Cephal hematoma umumnya tidak memerlukan perawatan khusus. Biasanya akan
mengalami resolusi khusus sendiri dalam 2-8 minggu tergantung dari besar
kecilnya benjolan. Namun apabila dicurigai adanya fraktur, kelainan ini akan
agak lama menghilang (1-3 bulan) dibutuhkan penatalaksanaan khusus antara lain
:
1) Menjaga kebersihan luka
2) Tidak boleh melakukan massase luka/benjolan
Cephal hematoma
3) Pemberian vitamin K Bayi dengan Cephal
hematoma tidak boleh langsung disusui oleh ibunya karena Pergerakan dapat
mengganggu pembuluh darah yang mulai pulih
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Caput succedaneum adalah
pembengkakan yang edematosa atau kadang-kadang ekimotik dan difus dari jaringan
lunak kulit kepala yang mengenai bagian yang telah dilahirkan selama persalinan
verteks. Edema pada caput succedaneum dapat hilang pada hari pertama, sehingga
tidak diperlukan terapi. Tetapi jika terjadi ekimosis yang luas, dapat diberikan
indikasi fototerapi untuk kecenderungan hiperbilirubin. Kadang-kadang caput
succedaneum disertai dengan molding atau penumpangan tulang parietalis, tetapi
tanda tersebut dapat hilang setelah satu minggu.
Cephalhematoma merupakan perdarahan
subperiosteum. Cephalhematoma terjadi sangat lambat, sehingga tidak nampak
adanya edema dan eritema pada kulit kepala.
Pada neonatus dengan Cephalhematoma
tidak diperlukan pengobatan karena benjolan akan hilang dengan sendirinya dalam
beberapa minggu atau bulan bila tidak ada komplikasi.
B. Saran
Diharapkan kepada tenaga kesehatan
khususnya bidan agar selalu memantau keadaan bayi dan dapat benar-benar
mengerti tentang penatalaksanaan pada setiap kelainan kepala yang mungkin
terjadi pada neonatus. Selain itu, para orang tua untuk melakukan perawatan
bayinya secara rutin dirumah guna mencegah kemungkinan terjadinya infeksi dan
iritasi.
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.qirtin.com/pengertian-caput-succedaneum-dan-cephalhematoma/
Muslihatun, Wafi Nur.2010. Asuhan Neonatus Bayi dan
Balita.Yogyakarta.Fitramaya
Rukiyah Ai Yeyeh, dkk. 2010 . Asuhan Neonatus Bayi dan
Anak Balita . Jakata .Trans Info Media
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Farrer Helen.2001.Perawatan Maternitas. Jakarta .EGC
Manuaba. Ida Bagus Gede, 1998. Ilmu Penyakit Kandungan
dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Ilmu Kesehatan FK UI.
No comments:
Post a Comment