Thursday 13 October 2016

Askep CRANIOTOMY



CRANIOTOMY

CEDERA KEPALA DENGAN CRANIOTOMY

1. PENGERTIAN
Cedera kepala adalah benturan mendadak pada kepala dengan atau tanpa kehilangan kesadaran.
( Susan M, Tucker, Dkk. 1998)
Cedera kepala adalah gangguan traumatic yang menyebabkan gangguan fungsi otak disertai atau tanpa disertai perdarahan intertial dan tidak mengganggu jaringan (kontinuitas jaringan otak baik).
(Brunner dan Suddart. 2000)
Epidural hematoma adalah perdarahan dalam ruang epidural diantara tulang tengkorak dan duramater, biasanya : melibatkan fraktur temporoparietal yang mengakibatkan laserasi arteri meningeal medialis.
(Susan M, Tucker, Dkk. 1998)
Craniotomy adalah perbaikan pembedahan, reseksi atau pengangkatan pertumbuhan atau abnormalitas di dalam kranium, terdiri atas pengangkatan dan penggantian tulang tengkorak untuk memberikan pencapaian pada struktur intracranial.
(Susan M, Tucker, Dkk. 1998)

2. ANATOMI FISIOLOGI
Otak adalah suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat computer dari semua alat tubuh, jaringan otak dibungkus oleh selaput otak dan tulang tengkorak yang kuat dan terletak dalam cavum cranii. Otak terdiri dari tiga selaput otak (meningen).
Otak terdiri dari tiga selaput otak (meningiens) :
a. Duramater (lapisan sebelah luar)
Selaput keras pembungkus otak yang berasal dari jaringan ikat tebal dan kuat.
b. Arakhnoida (lapisan tengah)
Selaput tipis yang memisahkan duramater dengan piamater membentuk sebuah balon berisi cairan otak yang meliputi seluruh sistem syaraf sentral.

c. Piamater (lapisan dalam)
Selaput tipis yang terdapat pada permukaan jaringan otak, piamater berhubungan dengan arakhnoid melalui struktur-struktur jaringan ikat disebut tuberkel.

Bagian-bagian Otak :
a. Serebrum (otak besar)
Merupakan bagian terluas dan terbesar dari otak, berbentuk telur mengisi peuh depan ats rongga pada otak besar ditemukan lobus-lobus yaitu :
1) Lobus Frontalis adalah bagian depan dari serebrum yang terletak di depan sulkus sentralis.
Lobus Frontalis pada korteks serebri terutama mengendalikan keahlian motorik ( misalnya menulis, memainkan alat musik atau mengikat tali sepatu) lobus frontalis juga mengatur ekspresi wajah dan isyarat tangan.
2) Lobus Parietalis, terdapat dibawah lateral dari fisura serebralis dan di depan lobus oksipitalis.
Lobus paretalis pada korteks serebri menggabungkan kesan dari bentuk tekstur dan berat badan ke dalam persepsi umum, kemampuan matematika dan bahasa berasal dari daerah ini, juga membantu mengarhkan posisi pada ruang sekitarnya dan mersakan posisi dari bagian tubuhnya.
3) Lobus temporalis, terdapat di bawah lateral dari fisura serebralis dan di depan lobus oksipitalis.
Lobus temporalis mengolah kejadian yang baru saja terjadi menjadi mengingatnya sebagai memori jangka panjang, juga memahami suara dan gambaran, menyimpan memori dan mengingatnya kembali serta menghasilkan jalur emosional.
4) Lobus Oksipitalis, yang mengisi bagian belakang dari cerebrum.
b. Batang Otak (trunkus serebri)
Disensepalon ke ats berhubungan dengan serebrum dan medula oblongata ke bawah dengan medula spinalis. Serebrum melukat pada batang otak di bagian medula oblongata, pons varoli dan mensesepalon.

c. Serebrum (otak kecil)
Terletak pada bagian bawah dan belakang tengkorak dipisahkan dengan serebrum oleh fisura transversalis dibelakang oleh pons varoli dan di atas medula oblongata. Oragn ini banyak menerima serabut aferent sensoris merupakan pusat koordinasi dan intelegensi.

(Hudak dan Gallo.1996)
3. ETIOLOGI (PENYEBAB)
a. Oleh benda tajam
b. Pukulan benda tumpul
c. Pukulan benda tajam
d. Kecelakaan lalu lintas
e. Terjatuh
f. Kecelakaan kerja
(Elizabeth J. Corwin.2000)
4. PATOFISIOLOGIS

Trauma
Fraktur Cranium
Pecahnya Pembuluh darah

Perdarahan

Menurunnya Perfusi Cerebral Peningkatan TIK

Iskhemia Herniasi cerebri

Metabolisme Anaerob Penekanan batang otak

Penimbunan asam laktat Kematian

PO2 PCO2 PH

Pompa Natrium dan Kalium terganggu

Edema Jaringan Otak
(Hudak dan Gallo.1996)
5. TANDA DAN GEJALA
a. Penurunan kesadaran dan nyeri kepala sebentar, kemudian membaik.
b. Beberapa waktu kemudian timbul gejala yang berat dan sifatnya progresif seperti : nyeri kepala hebat, pusing, penurunan kesadaran.
c. Pada kepala terdapat hematoma subkutan, pipil anisokor.
d. Kelemahan respon motorik kontralateral (berlawanan dengan tempat hematoma).
e. Refleks hiperaktif atau sangat cepat.
f. Bila hematoma semakin meluas akan timbul gejala deserebrasi dan gangguan tanda vital dan fungsi pernafasan.
(Brunner dan Suddarth.2000)

6. KOMPLIKASI
a. Kejang
b. Edema pulmonal
c. Kebocoran cairan serebrospinal
d. Peningkatan tekanan intrakranial
e. Herniasi otak
f. Kegagalan pernafasan
g. Defisit neurologis

(Brunner dan Suddarth.2000)

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. CT-Scan (Ceputeraise Tomografi Scanning)
Untuk mengindentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinasi ventikuler dan perubahan jaringan otak.
b. MRI (Magnetik Resonan Imaging)
Digunakan untuk mengidentifikasi luas dan letak cedera.

c. Cerebral Angiography
Menunjukan anomaly sirkulasi serebral seperti perubahan jaringan otak sekunder menjadi oedema, trauma dan perdarahan.
d. EEG (Elektro Ensefalo Graphy)
Untuk melihat perkembangan gelombang yang patologis.
e. X-Ray
Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur) perubahan stuktur garis (perdarahan/oedema).
f. BAER (Brain Evoked Respone)
Mengoreksi batas fungsi kortek dan otak kecil.
g. PET (Positron Emission Tomography)
Mendeteksi perubahan aktifitas metabolisme otak.
h. Lumbal Pungsi
Dapat dikatakan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid.
i. Kadar elektrolit
Untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial).
j. Screen Toxicologi
Untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga menyebabkan penurunan kesadaran.
k. GDA (Gas Darah Analisa)
Untuk mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigen yang dapat meningkatkan TIK (Tekanan Intra Kranial).
l. SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography)
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak.
m. Mielografi
Untuk mengganbarkan ruang sub arachnoid sepinal dan menunjukkan adanya penyimpangan medulla spinalis.

n. Ekoensephalografi
Untuk menentukan posisi stuktur otak dibagian garis tengah dan jarak dari garis tengah ke dinding ventikuler atau dinding ventikuler ke – 3.
o. EMG (Elektromiografi)
Digunakan untuk menentukan ada tidaknya gangguan neuromuskuler dan miopatis.
(Doengoes Marillyn.2000)

8. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Penatalaksanaan umum cedera kepala menurut Barbara, E (1999) sebagai berikut :
1) Untuk kontusio dengan kehilangan kesadran kurang dari 20 menit
• Biasanya tidak perlu dirawat di rumah sakit
• Titah baring
• Pemberian asetaminofen untuk sakit kepala.
2) Untuk kontusio, laserasi atau kehilangan kesadaran lebih dari 20 menit
• Rawat inap
• Tirah baring
• Kraniotomi untuk mengeluarkan hematoma, khususnya bila perdarahan berasal dari arteri.
• Buat lubang untuk mengeluarkan hematoma epidural
• Antiboitik untuk melindungi terhadap meningitis bila ada kebocoran cerebrospinal (CCS) dan tutup dengan kapaa steril untuk mencegah masuknya bakteri.
b. Penatalaksanaan khusus pada cedera kepala adalah :
1) Penilaian ulang jalan nafas dan ventilasi
2) Monitor tekanan darh jika pasien mempoerlihatkan tanda kestabilan hemodinamik
3) Pemasangan alat monitor tekanan intra kranial pada pasien dengan score GCS 101 F) mengeksaserbasi cidera otak dan harus diobati dengan asetaminofen/kompres dingin.
7) Steroid. Steroid tidak terbukti mengubah hasil pengobatab=n pasien cidera kepala dan meningkatkan resiko infeksi, hiperglikemia dan komplikasi lainnya. Untuk itu steroid hanya dipakai sebagai pengobatan terakhir pada herniasi serebri akut.
8) Antibiotik penggunaan antibiotik rutin untuk profilaksis pada pasien dengan cidera kepala terbuka masih kontroversial.
9) CT scan selanjutnya.

9. PENGKAJIAN
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : Merasa lemah, lelah, kaku dan kehilangan keseimbangan.
Tanda : – Perubahan kesadaran, letargi
- Hemiparase, quadreplegia
- Ataksia, cara berjalan tak tegap
- Masalah dalam keseimbangan
- Cedera (trauma) ortopedi
- Kehilangan tonus otot, otot spastik
b. Sirkulasi
Gejala : – Perubahan tekanan darah atau abnormal (hipertensi)
- Perubahan frekuensi jantung (bradikardi, takikardi yang diselingi dengan bradi kardi disrtimia)
c. Integritas ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian ( tenang atau dramatis)
Tanda : – Cemas, mudah tersinggung, delirium, bingung, depresi dan impulsif.
d. Eliminasi
Gejala : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi.
e. Makanan/Cairan
Gejala : – Mual, muntah dan mengalami perubahan selera.
- Muntah (mungkin proyektil)
- Gangguan menelan (batuk, air liur keluar dan dispagia)
f. Neurosensori
Gejala : Kehilngan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo. Sinkope. Tinitus, kehilangan pendengaran. Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagaian lapang pandang, fotofobia.
Tanda : – Perubahan kesadaran sampai koma.
- Perubahan status mental ( orientasi, kewaspadan, perhatian dan konsentrasi.
- Perubahan masalah, pengaruh emosi/tingkahlaku dan memori.
- Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetris) deviasi pada mata.
- Kehilangan penginderaan sperti pengecapan, penciuman dan pendengaran.
- Wajah tidak simetris.
- Genggaman lemah dan tidak seimbang.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya lama.
Tanda : – Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat, gelisah tidak bisa istirahat.

h. Pernafasan
Tanda : – Perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi) nafas berbunyi stridor tersedak.
i. Keamanan
Gejala : Trauma baru/trauma kecelakaan
Tanda : – Fraktur/dislokasi
- Gangguan penglihatan
- Kulit laserasi, abrasi
- Disekitar telinga (merupakan tanda adanya trauma) adanya cairan (drainase) dan telinga/hidung
- Gangguan kognitif, gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, kekuatan secara umum mengalami paralisis
- Demam, gangguan dalam regulasi suhu tubuh
j. Interaksi sosial
Tanda : – Afasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang-ulang, disartia dam anomia.
(Doengoes Marillyn.2000)

10. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema cerebral.
b. Nyeri akut berhubungan dengan cedera.
c. Resiko pola nafas tak efektif berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler.
d. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan defisit neurologis.
e. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi.
f. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun.
g. Kurang mandiri dalam merawat diri (mandi, makan/minum, BAK, BAB, berpakaian) barhubungan dengan kelemahan neuromuskuler.
(Doengoes Marillyn.2000)

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth. 2000. Buku Saku Pathofisiologi. Jakarta : EGC
Doenges, E Marylin. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Hudak dan Gallo. 1996. Keperawtan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC
Price, Sylvia A. 2005. Pathofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.

No comments:

Post a Comment