Thursday 13 October 2016

Askep Bronkitis



BAB I
PENDAHULUAN



A.    Latar belakang
Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya .
Sebagai penyakit tersendiri, bronkitis merupakan topik yang masih diliputi kontroversi dan ketidakjelasan di antara ahli klinik dan peneliti. Bronkitis merupakan diagnosa yang sering ditegakkan pada anak baik di Indonesia maupun di luar negeri, walaupun dengan patokan diagnosis yang tidak selalu sama.
Kesimpangsiuran definisi bronkitis pada anak bertambah karena kurangnya konsesus mengenai hal ini. Tetapi keadaan ini sukar dielakkan karena data hasil penyelidikan tentang hal ini masih sangat kurang.

           
B.   Tujuan
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini yaitu :
 Sebagai bahan referensi mahasiswa untuk mengenal dan mengetahui seputar asuhan keperawatan Bronchitis
 Sebagai bahan pembelajaran










BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Bronchitis
Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain.

B.   Etiologi
Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu :
         Rokok
         infeksi
         polusi
         faktor keturunan
         status social

*      Rokok
           Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.

*      Infeksi
           Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie.

*      Polusi
           Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat – zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat – zat pereduksi seperti O2, zat – zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.

*      Keturunan
           Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada penderita defisiensi alfa – 1 – antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.

*      Faktor sosial ekonomi
Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.

Adapun penyebab lainnya yaitu dapat di pengaruhi oleh :
ü  secara congenital
ü  kelainan didapat.

v  Kelainan congenital
      Dalam hal ini bronchitis terjadi sejak dalam kandungan. Factor genetic atau factor pertumbuhan dan factor perkembangan fetus memegang peran penting. Bronchitis yang timbul congenital ini mempunyai ciri sebagai berikut :
Bronchitis mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua paru.
Bronchitis konginetal sering menyertai penyakit-penyakit konginetal lainya, misalnya : mucoviscidosis ( cystic pulmonary fibrosis ), sindrom kartagener ( bronkiektasis konginetal, sinusitis paranasal dan situs inversus ), hipo atau agamaglobalinemia, bronkiektasis pada anak kembar satu telur ( anak yang satu dengan bronkiektasis, ternyata saudara kembarnya juga menderita bronkiektasis ), bronkiektasis sering bersamaan dengan kelainan congenital berikut : tidak adanya tulang rawan bronkus, penyakit jantung bawaan, kifoskoliasis kongineta
l

v  Kelainan didapat

Kelaianan didapat merupakan akibat proses berikut :
o   Infeksi
Bronchitis sering terjadi sesudah seseorang menderita pneumonia yang sering kambuh dan berlangsung lama, pneumonia ini merupakan komplikasi pertusis maupun influenza yang diderita semasa anak, tuberculosis paru dan sebagainya.
o   Obstruksi bronkus
o   Obstruksi bronkus yang dimaksud disini dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab : korpus alineum, karsinoma bronkus atau tekanan dari luar terhadap bronkus

C. Tanda & Gejala
Gejalanya berupa:
a.       batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)
b.      sesak napas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
c.       sering menderita infeksi pernapasan (misalnya flu)
d.      lelah
e.       pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
f.       wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
g.      pipi tampak kemerahan
h.      sakit kepala
i.        gangguan penglihatan.

D.   Patofisiologi
            Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil sedemikian rupa sampai bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah. Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel – sel penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan – perubahan pada sel – sel penghasil mukus dan sel – sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas.

E. Klasifikasi
a.       Bronkitis Akut
Biasanya Bronkitis akut terajdi pada bayi dan anak, dan biasanya juga bersama dengan trakeitis, merupakan penyakit saluran napas akut (ISNA) yang sering dijumpai.
b.      Bronkitis Kronik dan atau Batuk Berulang
Bronkitis Kronik dan atau berulang adalah kedaan klinis yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2 minggu berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik dan non respiratorik lainnya (KONIKA, 1981).
Dengan memakai batasan ini maka secara jelas terlihat bahwa Bronkitis Kronik termasuk dalam kelompok BKB (Batuk Kronik Berulang) tersebut. Dalam keadaan kurangnya data penyelidikan mengenai Bronkitis Kronik pada anak maka untuk menegakkan diagnosa Bronkitis Kronik baru dapat ditegakkan setelah menyingkirkan semua penyebab lainnya dari BKB. 

Bronkhitis kronik dapat dibagi atas :
1) Simple Chronic Bronchitis : bila sputumnya mukoid
2) Chronic / reccurent mucopurulent bronchitis : bila dahaknya mukopurulen
3) Chronic Obstructive Bronchitis : jika disertai dengan obstruksi saluran nafas yang menetap
F.   Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda klinis yang timbul pada pasien bronchitis tergantung pada luas dan beratnya penyakit, lokasi kelainannya, dan ada tidaknya komplikasi lanjut. Ciri khas pada penyakit ini adalah adanya batuk kronik disertai produksi sputum, adanya haemaptoe dan pneumonia berulang. Gejala dan tanda klinis dapat demikian hebat pada penyakit yang berat, dan dapat tidak nyata atau tanpa gejala pada penyakit yang ringan.
Bronchitis yang mengenai bronkus pada lobis atas sering dan memberikan gejala :

Ø  Keluhan-keluhan      :
Batuk
            Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung kronik dan frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis, jumlah seputum bervariasi, umumnya jumlahnya banyak terutama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau bangun dari tidur. Kalau tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid, sedang apabila terjadi infeksi sekunder sputumnya purulen, dapat memberikan bau yang tidak sedap. Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat, misalnya pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali, puruen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3 bagian
a.       Lapisan teratas agak keruh
b.      Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva ( ludah )
c.       Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang rusak ( celluler debris ).

Haemaptoe
            Hemaptoe terjadi pada 50 % kasus bronchitis, kelainan ini terjadi akibat nekrosis atau destruksi mukosa bronkus mengenai pembuluh darah ( pecah ) dan timbul perdarahan. Perdarahan yang timbul bervariasi mulai dari yang paling ringan ( streaks of blood ) sampai perdarahan yang cukup banyak ( massif ) yaitu apabila nekrosis yang mengenai mukosa amat hebat atau terjadi nekrosis yang mengenai cabang arteri broncialis ( daerah berasal dari peredaran darah sistemik ).
Pada dry bronchitis ( bronchitis kering ), haemaptoe justru gejala satu-satunya karena bronchitis jenis ini letaknya dilobus atas paru, drainasenya baik, sputum tidak pernah menumpuk dan kurang menimbulkan reflek batuk., pasien tanpa batuk atau batukya minimal. Pada tuberculosis paru, bronchitis ( sekunder ) ini merupakan penyebab utama komplikasi haemaptoe.

Sesak nafas ( dispnue )
             Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak nafas. Timbul dan beratnya sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya bronchitis kronik yang terjadi dan seberapa jauh timbulnya kolap paru dan destruksi jaringan paru yang terjadi sebagai akibat infeksi berulang ( ISPA ), yang biasanya menimbulkan fibrosis paru dan emfisema yang menimbulkan sesak nafas. Kadang ditemukan juga suara mengi ( wheezing ), akibat adanya obstruksi bronkus. Wheezing dapat local atau tersebar tergantung pada distribusi kelainannya.

Demam berulang
              Bronchitis merupakan penyakit yang berjalan kronik, sering mengalami infeksi berulang pada bronkus maupun pada paru, sehingga sering timbul demam (demam berulang)

Kelainan fisis
               Tanda-tanda umum yang ditemukan meliputi sianosis, jari tubuh, manifestasi klinis komplikasi bronchitis. Pada kasus yang berat dan lebih lanjut dapat ditemukan tanda-tanda korpulmonal kronik maupun payah jantung kanan. Ditemukan ronchi basah yang jelas pada lobus bawah paru yang terkena dan keadaannya menetap dari waku kewaktu atau ronci basah ini hilang sesudah pasien mengalami drainase postural atau timbul lagi diwaktu yang lain. Apabila bagian paru yang diserang amat luas serta kerusakannya hebat, dapat menimbulkan kelainan berikut : terjadi retraksi dinding dada dan berkurangnya gerakan dada daerah yang terkena serta dapat terjadi penggeseran medistenum kedaerah paru yang terkena. Bila terjadi komplikasi pneumonia akan ditemukan kelainan fisis sesuai dengan pneumonia. Wheezing sering ditemukan apa bila terjadi obstruksi bronkus.

G.    Pencegahan
Timbulnya bronchitis sebenarnya dapat dicegah, kecuali dalam bentuk congenital tidak dapat dicegah. Menurut beberapa literature untuk mencegah terjadinya bronchitis ada beberapa cara :
Pengobatan dengan antibiotic atau cara-cara lain secara tepat terhadap semua bentuk pneumonia yang timbul pada anak akan dapat mencegah ( mengurangi ) timbulnya bronchitis
Tindakan vaksinasi terhadap pertusis ( influenza, pneumonia ) pada anak dapat pula diartikan sebagai tindakan preventif terhadap timbulnya bronchitis.

H.    Komplikasi
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara lain :
Ø  Bronchitis kronik
Ø  Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering mengalami infeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas bagian atas. Hal ini sering terjadi pada mereka drainase sputumnya kurang baik
Ø  Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya pneumonia. Umumnya pleuritis sicca pada daerah yang terkena.
Ø  Efusi pleura atau empisema
Ø  Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian
Ø  Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena ( arteri pulmonalis ) cabang arteri ( arteri bronchialis ) atau anastomisis pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan tidak terkendali merupakan tindakan beah gawat darurat.
Ø  Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran nafas
Ø  Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-cabang arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi arterio-venous shunt, terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan terjadi hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik,. Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kanan.
Ø  Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada bronchitis yang berat da luas
Ø  Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai komplikasi klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan limpa serta proteinurea.

I.   Penatalaksanaan
Ø  Bronchodilator ( untuk mepermudah klien untuk bernafas ) fungsinya melebarkan bronchus
Ø  Anti mikroba : jika batuk lebih dari 10 hari dan setelah pemeriksaan medis, dapat di identifikasi bakteri penyebabnya, umumnya digunakan antibiotic / anti mikroba karena penyebab bronchusnya bukan lagi virus
Ø  Kortikosteroid : dapat menurunkan hiperaktivitas bronchus
Ø  Terapi pernafasan : fisioterapi juga dapat berbentuk latihan pernapasan atau senam pernafasan, hal ini selain mengefektifkan kerja otot-otot pernafasan juga memberi rasa percaya diri yang besar pada klien
Ø  Terapi aerosol
Ø  Terapi inhalasi bronchodilator sangat efektif pada serangan bronco-spasma akut pemberian dapat dengan mebulizer
Ø  Terapi oksigen : diberikan pada penderita dalam serangan yang berat dan ada tanda-tanda hipoksemia




J.   Pemeriksaan Diagnostik
Ø  Rontgen dada : pembesaran jantung dengan diafragma normal/mendatar
Ø  Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital (VC) dan volume ekspirasi kuat (FEV), peningkatan volume residual (RV), kapasitas paru total (TLC) normal atau sedikit meningkat.Selainitu untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi, memperkirakan derajat disfungsi
Ø  Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit : dapat sedikit meningkat
Ø  Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang menebal.
Ø  Analisa gas darah  : hipoksia dengan hiperkapnia
o   Pa O2 : rendah (normal 25 – 100 mmHg.
o   Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg)
Ø  Sinar x dada : Dapat menyatakan hiperinflasi paru, mendatarnya diafragma, peningkatan area udara retrosternal, hasil normal selama periode remisi
Ø  Sputum : Kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen.
Ø  EKG : Disritmia atrial, peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF.












Asuhan Keperawatan

1.     Pengkajian
Data dasar pengkajian pada pasien dengan bronchitis :

*      Aktivitas/istirahat
Gejala :
Keletihan, kelelahan, malaise. Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari – hari. Ketidakmampuan untuk tidur. Dispnoe pada saat istirahat.
Tanda :
Keletihan Gelisah, insomnia. Kelemahan umum/kehilangan massa otot.

*      Sirkulasi
Gejala :
Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda :
Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat. Distensi vena leher. Edema dependent, Bunyi jantung redup. Warna kulit/membran mukosa. normal/cyanosis. Pucat, dapat menunjukkan anemia.

*      Integritas Ego
Gejala :
Peningkatan faktor resiko
Perubahan pola hidup
Tanda :
Ansietas, ketakutan, peka rangsang.






*      Makanan/cairan
Gejala :
Mual/muntah. Nafsu makan buruk/anoreksia Ketidakmampuan untuk makan Penurunan berat badan, peningkatan berat badan
Tanda :
Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat. Penurunan berat badan, palpitasi abdomen

*      Hygiene
Gejala :
Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan
Tanda :
Kebersihan buruk, bau badan.

*      Pernafasan
Gejala :
Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun 3 bulan berturut – turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Episode batuk hilang timbul.
Tanda :
Pernafasan biasa cepat. Penggunaan otot bantu pernafasan. Bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal. Bunyi nafas ronchi. Perkusi hyperresonan pada area paru. Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu – abu keseluruhan.

*      Keamanan
Gejala :
Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan. Adanya/berulangnya infeksi.

*      Seksualitas
Gejala :
Penurunan libido. Interaksi social. Hubungan ketergantungan. Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat. Penyakit lama/ketidakmampuan membaik.
Tanda :
Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress pernafasan. Keterbatasan mobilitas fisik. Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.



2.     Diagnosa keperawatan

1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
2.      Kerusakan pertukaran gas berhubungan denga obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus.
3.       Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
4.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.
5.      Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis.
6.      Intoleran aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
7.       Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
8.       Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan dirumah.

3.     Perencanaan Keperawatan

Ø  Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
Tujuan :
Mempertahankan jalan nafas pasien.
Rencana Tindakan:
-          Auskultasi bunyi nafas
-          R/ Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.

-          Kaji/pantau frekuensi pernafasan.
-          R/ Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama / adanya proses infeksi akut.

-          Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir
-          R/ Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe dan menurunkan jebakan udara.

-          Observasi karakteristik batuk
-          R/ Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia, penyakit akut atau kelemahan

-          Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari
-          R/ Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran.

Ø  Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus.
Tujuan :
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
Rencana Tindakan:
-          Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.
-          R/ Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan kronisnya proses penyakit.

-          Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam.
-          R/ Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispenea dan kerja nafas.

-          Auskultasi bunyi nafas.
-          R/ Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi

-          Awasi tanda vital dan irama jantung
-          R/ Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.

-          Awasi GDA
-          R/ PaCO¬2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga hipoksia terjadi derajat lebih besar/kecil

-          Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA
-          R/ Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.

Ø  Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
Tujuan :
perbaikan dalam pola nafas.

Rencana Tindakan:
-          Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibir
-          R/ Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik ini pasien akan bernafas lebih efisien dan efektif.

-          Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode istirahat
-          R/ memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa distres berlebihan.
-          Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernafasan jika diharuskan
-          R/ menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernafasan.

Ø  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.
Tujuan :
Menunjukkan peningkatan berat badan.

Rencana Tindakan:
-          Kaji kebiasaan diet.
-          R/ Pasien distress pernafasan akut, anoreksia karena dispnea, produksi sputum.

-          Auskultasi bunyi usus
-          R/ Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.

-          Berikan perawatan oral
-          R/ Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat mual dan muntah.

-          Timbang berat badan sesuai indikasi.
-          R/ Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.

-          Konsul ahli gizi
-          R/ Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi maksimal.

Ø  Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis.
Ø  Tujuan : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko tinggi

Rencana Tindakan:
-          Awasi suhu.
-          R/ Demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi.

-          Observasi warna, bau sputum.
-          R/ Sekret berbau, kuning dan kehijauan menunjukkan adanya infeksi.

-          Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan sputum.
-          R/ mencegah penyebaran patogen.

-          Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.
-          R/ Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tekanan darah terhadap infeksi.

-          Berikan anti mikroba sesuai indikasi
-          R/ Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur.




Ø  Intoleran aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
Tujuan :
Menunjukkan perbaikan dengan aktivitas intoleran

Rencana tindakan:
-          Dukung pasien dalam menegakkan latihan teratur dengan menggunakan exercise, berjalan perlahan atau latihan yang sesuai.
-          R/ Otot-otot yang mengalami kontaminasi membutuhkan lebih banyak O2.


Ø  Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan :
Pasien akan mengalami penurunan rasa ketakutan dan ansietas.

Rencana tindakan:
-          Kaji tingkat kecemasan (ringan, sedang, berat).
-          R/ Dengan mengetahui tingkat kecemasan klien, sehingga memudahkan tindakan selanjutnya.

-          Berikan dorongan emosional.
-          R/ Dukungan yang baik memberikan semangat tinggi untuk menerima keadaan penyakit yang dialami

-          Beri dorongan mengungkapkan ketakutan/masalah
-          R/ Mengungkapkan masalah yang dirasakan akan mengurangi beban pikiran yang dirasakan

-          Jelaskan jenis prosedur dari pengobatan
-          R/ Penjelasan yang tepat dan memahami penyakitnya sehingga mau bekerjasama dalam tindakan  perawatan dan pengobatan.

-          Beri dorongan spiritual
-          R/ Diharapkan kesabaran yang tinggi untuk menjalani perawatan dan menyerahkan pada TYME atas kesembuhannya.

Ø  Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan di rumah
Tujuan :
Mengatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.

Rencana tindakan:
-          Jelaskan proses penyakit individu
-          R/ Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan partisipasi pada rencana pengobatan.

-          Instruksikan untuk latihan afas, batuk efektif dan latihan kondisi umum.
-          R/ Nafas bibir dan nafas abdominal membantu meminimalkan kolaps jalan nafas dan meningkatkan toleransi aktivitas

-          Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi misalnya udara, serbuk, asap tembakau.
-          R/ Faktor lingkungan dapat menimbulkan iritasi bronchial dan peningkatan produksi sekret jalan nafas.

4.     Impelementasi
            Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan jalan nafas, mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses
.







5.     Evaluasi.

v  Mempertahankan jalan nafas pasien
v  Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat dengan
v  GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan
v  Menunjukan peningkatan berat badan
v  Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko tinggi
v  Menunjukan perbaikan dengan aktivitas intoleran
v  Pasien dapat memahami kondisi atau proses penyakit dan tindakan















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
      Bronchitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi ( ektasis ) bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang terkena umumnya bronkus kecil (medium size ), sedangkan bronkus besar jarang terjadi.
Bronchitis kronis dan emfisema paru sering terdapat bersama-sama pada seorang pasien, dalam keadaan lanjut penyakit ini sering menyebabkan obstruksi saluran nafas yang menetap yang dinamakan cronik obstructive pulmonary disease ( COPD ).
Dinegara barat, kekerapan bronchitis diperkirakan sebanyak 1,3% diantara populasi. Di Inggris dan Amerika penyakit paru kronik merupakan salah satu penyebab kematian dan ketidak mampuan pasien untuk bekerja. Kekerapan setinggi itu ternyata mengalami penurunan yang berarti dengan pengobatan memakai antibiotik.
Di Indonesia belum ada laporan tentang anka-angka yang pasti mengenai penyakit ini. Kenyataannya penyakit ini sering ditemukan di klinik-klinik dan diderita oleh laki-laki dan wanita. Penyakit ini dapat diderita mulai dari anak bahkan dapat merupakan kelainan congenital

B.     Saran
Pada dasarnya ada beberapa hal yang dapat kita lakukan agar tidak terinfeksi dengan penyakit bronchitis,yang utamanya sangat mudah menular melalui udara.Diantaranya dengan melakukan berbagai macam pencegahan yaitu :
         Membatasi aktivitas yang berlebihan
         Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada yang tertutup lehernya
         Hindari makanan yang merangsang
         Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan anak dengan air hangat
         Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan
         Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi
DAFTAR PUSTAKA


Carpenito. L.D. (1997). Nursing diagnosis; application to clinical practice. 7th Edition. Lippincott. Philadelpia. New York.

Doenges, E . Marilyn . 2000 . Rencana Asuhan Keperawatan . Alih Bahasa I Made Kariasa S.Kp ; Ni Made Sumarwati S.Kp . Jakarta : EGC

Ngastiyah (1998). Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta

Soeparman, et. all. 1999 . Ilmu Penyakit Dalam . Jakarta : Gaya baru
Soetjiningsih (1995). Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta.

http://askep-akper.blogspot.com

http://akperppnisolojateng.blogspot.com

http://sely-biru.blogspot.com/2010/03/konsep-dasar-definisi-bronkitis-kronik.html

http://botol-infus.blogspot.com/2010/07/askep-bronkitis.html

http://si-4bangku.blogspot.com/2008/07/konsep-dasar-bronkitis.html



No comments:

Post a Comment