Saturday 15 October 2016

Asam Urat



Asam Urat


A.  Konsep   Penyakit Asam Urat
1.  Pengertian
                 Asam urat atau gout adalah serangan radang persendian yang berulang, yang disebabkan oleh deposit atau penimbunan kristal asam urat di dalam persendian. Bagian tubuh yang terkena terutama adalah bagian sendi yang berada pada ujung tubuh seperti ibu jari kaki. Sedangkan sasaran lainnya adalah sendi pada siku, lutut, pergelangan kaki dan tangan, atau bahu ( Sustrani, Alam, Hadibroto, 2007 ).
                 Gout /Pirai adalah kelompok penyakit heterogen akibat disposisi Kristal monosodium urat pada jaringan, akibat gangguan metabolism berupa hiperurisemia (http://id.wikipedia.org/wiki/Pirai)
     Asam urat sendiri adalah sampah hasil metabolisme normal dari pencernaan protein (terutama dari daging, hati, ginjal dan beberapa jenis sayuran seperti kacang dan buncis) atau dari penguraian senyawa purin (sel tubuh yang rusak), yang seharusnya akan dibuang melalui ginjal, feses atau keringat. Kadar normal asam urat  darah dalam rata-rata adalah antara 3 – 7 mg/dl, dengan perbedaan untuk pria 2,1 – 8,5 mg/dl dan wanita 2,0 – 6,6 mg/dl. Untuk mereka yang berusia lanjut kadar tersebut lebih tinggi. Gangguan asam urat terjadi bila kadar tersebut mencapai lebih dari 12 mg/dl (( Sustrani, Alam, Hadibroto, 2007, 2007 ).
     Berbeda dengan artritis lain, pada asam urat bagian tubuh yang terkena terutama adalah ibu jari kaki, siku, lutut, pergelangan kaki atau tangan, dan bahu. Gangguan tersebut ditandai dengan serangan berulang dari peradangan sendi yang akut, kadang-­kadang disertai pembentukan kristal natrium urat besar yang dinamakan tophi (tophus), kerusakan (deformitas) sendi secara kronis, dan cedera pada ginjal
( Sustrani, Alam, Hadibroto, 2007 ).
2.  Penyebab / Etiologi
                 The American Rheumatism Association (Sustrani, Alam, Hadibroto, 2007) menetapkan kriteria penyebab/etiologi diagnostik untuk gout sebagai berikut:
A.   Adanya kristal urat yang khas dalam cairan sendi
B.   Thopus (deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat) terbukti mengandung kristal urat berdasarkan pemeriksaan kimiawi dan mikroskopik dengan sinar terpolarisasi
C.   1.      Lebih dari sekali mengalami artritis akut
2.      Terjadi peradangan secara maksimal dalam satu hari
3.      Oligoartritis, atau jumlah sendi yang meradang kurang dari 4 hari.
4.      Kemerahan di sekitar sendi yang meradang
5.      Sendi metatarsofalangeal pertama (ibu jari kaki) terasa sakit atau membengkak
6.      Serangan unilateral (satu sisi) pada sendi metatarsofalangeal pertama.
7.      Serangan unilateral pada sendi tarsal (jari kaki)
8.      Thopus (deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat) dari vertilago  ortikular (tulang rawan sendi) dan kapsul sendi
9.      Hiperurisemia (kadar asam urat dalam darah lebih dari 7,5 mg/dl)
10.    Pembengkakan sendi secara asimetris (satu sisi tubuh saja)
11.    Serangan artritis akut berhenti secara menyeluruh.
      Diagnosis gout ditetapkan bila ditemukan kriteria A dan / atau kriteria B dan / atau 6 insiden atau lebih dari kriteria C. Gout dibedakan dari ada tidaknya penyebab yang dapat diketahui sebelum serangannya terjadi, yaitu:
a.    Gout primer, tanpa penyebab jelas (90 persen)
Akibat dari peningkatan produksi asam urat karena kelainan pada fungsi enzim kongenital, misalnya akibat penyakit ganas, obesitas, gangguan proses hemolisis, kekurangan oksigen, diet kaya protein, efek samping dari mengonsumsi obat tertentu (obat kanker, antibiotik) dan konsumsi alkohol berlebihan.
b.    Gout sekunder, dengan penyebab jelas (10 persen)
Akibat hambatan dari pembuangan asam urat karena penyakit darah tinggi, dehidrasi (keadaan kekurangan cairan tubuh), diabetes ketoasidosis, efek samping mengonsumsi obat tertentu(antidierutika, salysilat, etambutol, pirazinamit), diet ketat, penyalahan obat pencahar dan kecanduan alcohol. Selain itu, pengaruh faktor turunan bisa juga mengakibatkan terjadinya gangguan pada penyimpanan glikogen atau defisiensi enzim pencernaan, sehingga tubuh lebih banyak menghasilkan senyawa laktat atau trigliserida, yang berkompetisi dengan asam urat untuk dibuang oleh ginjal.
         Serangan pertama gout dapat berlangsung beberapa hari, tetapi serangan berulang pada umumnya dapat berkurang bila dilakukan perawatan menurunkan kadar asam urat di dalam darah yang tepat.
Dengan memahami proses terjadinya hiperurisemia dapat (disimpulkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh sebagai penyebab gout adalah:
a)    Faktor keturunan dengan adanya riwayat gout dalam silsilah keluarga.
b)    Meningkatnya kadar asam urat karena diet tinggi protein dan makanan kaya senyawa purin lainnya. Purin merupakan senyawa yang akan dirombak menjadi asam urat dalam tubuh.
c)    Akibat konsumsi alkohol berlebihan, karena alkohol merupakan salah satu sumber purin yang juga dapat menghambat pembuangan purin melalui ginjal, sehingga disarankan tidak sering mengkonsumsi alkohol.
d)    Hambatan dari pembuangan asam urat karena penyakit tertentu, terutama gangguan ginjal. Pasien disarankan meminum cairan dalam jumlah banyak.Minum air sebanyak 2 liter atau lebih setiap harinya membantu pembuangan urat, dan meminimalkan pengendapan urat dalam saluran kemih.
e)    Penggunaan obat tertentu yang meningkatkan kadar asam urat, terutama diuretika (furosemida dan hidroklotiazid).
f)     Penggunaan antibiotika berlebihan yang menyebabkanberkembangnya jamur, bakteri, dan virus yang lebih ganas.
g)    Penyakit tertentu pada darah (anemia kronis) yang menyebabkan terjadinya gangguan metabolisms tubuh, misalnya berupa gejala polisitomia dan leukemia.
h)   Faktor lain seperti stres, diet ketat, cedera sendi, darah tinggi, dan olahraga berlebihan.
3.  Tanda dan Gejala
            Serangan asam urat umumnya terasa secara tiba-tiba (acute attack) tanpa disertai dengan gejala sebelumnya, dan dimulai pada malam hari, dengan lokasi utama pada sendi ibu jari kaki (big toe joint).Bisa juga mengenai tumit, lutut, pergelangan tangan dan kaki, siku dan jari tangan. Karena itu dikenal empat tahap gout (Sustrani, Alam, Hadibroto, 2007) ;
1)   Asymptomatic (tanpa gejala). Pada tahap ini kelebihan asam urat tidak membutuhkan pengobatan, tapi penderitanya harus sadar diri untuk menurunkan kelebihan tersebut dengan melakukan perubahan pola makan atau gaya hidup.
2)   Akut. Pada tahap ini gejalanya muncul tiba-tiba dan biasanya menyerang satu atau beberapa persendian.Sakit yang dirasakan penderita seringnya dimulai di malam hari, dan rasanya berdenyut-denyut atau nyeri seperti ditusuki jarum.Persendian yang terserang tampak meradang. merah, terasa panas dan lunak. Rasa sakit pada persendian tersebut mungkin berkurang dalam beberapa hari, tapi bisa muncul kembali pada interval yang tidak tentu.Serangan susulan biasanya berlangsung lebih lama. Pada beberapa penderita berlanjut menjadi artritis gout yang kronis, sedang di lain pihak banyak pula yang tak akan mengalaminya lagi.
3)   Interkritikal. Tahap di mana penderita asam urat mengalami Serangan berulang yang tidak menentu.
4)   Kronis. Tahap di mana massa kristal asam urat (tophi) menumpuk di berbagai wilayah jaringan lunak tubuh penderitanya.
            Gejala lain yang mungkin terjadi adalah; demam, dengan suhu tubuh 38,3 derajat Celsius atau lebih, tidak menurun selama tiga hari, walaupun telah dilakukanperawatan, ruam kulit, sakit tenggorokan, lidah berwarna merah, atau gusi berdarah, bengkak pada kaki atau peningkatan berat badan yang tiba­-tiba, diare atau muntah. Serangan artritis akut biasanya akan berhenti secara menyeluruh setelah asam urat hilang dari sendi.
4.  Perawatan Penyakit
Perawatan yang dapat dilakukan berupa tindakan darurat sewaktu terjadi serangan, pengobatan dokter, dan perawatan sendiri setelah memperoleh diagnosa.
Bila terjadi serangan gout secara tiba-tiba maka tindakan darurat yang bisa dilakukan adalah (Sustrani, Alam, Hadibroto ,2007 ) ;
-  Istirahatkan sendi agar lekas sembuh, beri kompres dingin beberapa jam sekali  selama 15 sampai 20 menit pada sendi yang nyeri untuk mengurangi nyeri .
-  Minum obat penahan sakit (analgesik biasa),  untuk menghilangkan rasa nyeri.
-  Minum banyak air (lebih dari 3,5 liter atau 8 sampai 10 gelas sehari) untuk membantu mengeluarkan asam urat dari tubuh melalui urin.
-  Bila terjadi komplikasi kelumpuhan pada penderita berusia sangat lanjut, perlu dilakukan perawatan khusus untuk melatih agar dapat bergerak mandiri.
Pencegahan ;
                   Belum ditemukan cara yang efektif, tapi usaha pencegahan asam urat pada umumnya adalah menghindari segala sesuatu yang dapat menjadi pencetus serangan misalnya; latihan fisik berlebihan stres, dan makanan yang mengandung purin berlebihan seperti daging, jerohan (ginjal, hati), bahkan ikan asin. Meskipun serangan berulang dapat dicegah dengan pemberian obat, tetapi mengurangi konsumsi makanan berlemak dan alkohol dapat memperkecil kemungkinan terjadi serangan gout.
                   Mengenali jenis makanan yang kadar purinnya amat tinggi, sedang dan rendah. Dengan demikian  dapat mengontrol asupan semaksimal mungkin. Adapun jenis bahan makanan yang dapat dikenali adalah ( Yenrina, 2008 ) ;
-        Kadar tinggi (150-180 mg/100 g)
Jerohan (hati,ginjal,jantung, limpa, paru, otak dan sari pati daging.
-         Kadar sedang ( 50-150 mg/ 100 g),
Daging sapi, udang, kepiting, cumi, kerang, kacang-kacangan, asparagus dan jamur.
-         Kadar rendah ( dibawah 50 mg/100 g )
Gula telur dan susu
     Mengimbangi konsumsi makanan tersebut dengan minum air yang banyak  untuk membantu memperlancar pembuangan asam urat oleh tubuh, selain itu bila tergolong gemuk sebaiknya mengurangi berat badan dengan melakukan olah raga yang juga bermanfaat untuk mencegah kerusakan sendi.
5.  Komplikasi
       Komplikasi yang terjadi pada penyakit asam urat adalah persendian menjadi rusak sehingga pincang, peradangan tulang, kerusakan ligament dan tendon (otot), batu ginjal (kencing batu), dan gagal ginjal.

Manajemen Keperawatan




BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari ± hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan sampai dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin,kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya.Beberapa filsafat yang menerangkan :
1.Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannyamenjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang ± orang yang dipimpinnya.
2.Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang ± orang yang dibimbingnya.
3.Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang ± orang yangdiasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.

Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu tidak memadai apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yangterbaik dalam diri para bawahannya. Dari begitu banyak definisi mengenai pemimpin,dapat penulis simpulkan bahwa : Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah sertamemiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain.Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasiorang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lainuntuk mau melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya. Dengan kata lain,kepemimpinan dan kekuasaan sangat membutuhkan partisipasi dari bawahan kepada pemimpinnya agar apa yang menjadi tujuan dari si Pemimpin dapat terwujud dengan baik.







BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pendahuluan
Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation yang berarti pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Keith Davis, partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuandan ikut bertanggung jawab didalamnya. Dalam konsep tersebut kunci pemikirannyaadalah keterlibatan mental dan emosi. Adapun konsep partisipasi menurut Ensiklopedi pendidikan. Sebenarnya partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan dalam perencanaan dan pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya.
Ketika manajer puncak mengimplementasikan desentralisasi pengambilan keputusan, tingkatannya adalah susunan untuk melibatkan lebih banyak orang, mungkin bahkan semua staf dalam membuat keputusan pada tingkat dimana tindakan terjadi. Baik manajemen desentralisasi dan manajemen partisipasi, keduanya mendelegasikan otoritasdari manajer puncak kearah bawah kepada orang yang bertanggung jawab kepadanya. Dalam keperawatan, seperti juga dalam organisasi lain, pendelegasianmemperkuat partisipasi. Manajer pada garis utama dengan otoritas yang telahdidelegasikan kepadanya akan menghubungi departemen lain untuk memecahkan masalah dalam pemberian pelayanan. Manajer pada garis utama tidak perlu pergi kepimpinan departemen untuk menghubungi pimpinan departemen pelayanan sehinggamenciptakan komunikasi leher botol. Orang yang paling dekat dengan masalah tersebutmemecahkan masalah itu. Ini adalah manajemen biaya efisien dan efektif.

2.2.     Proses Manajemen Partisipasi

Dalam proses manajemen partisipasi, perawat professional dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi mereka dan dalam menetapkan standar kerja mereka sendiri. Proses tersebut meliputi pelatihan, perubahan peran dalam pengawasan dan komunikasi. Hal tersebut juga meliputi persiapan manajer untuk perubahan pada struktur organisasi. Partisipasi meliputi pengertian dan dukungan dari berbagai tingkat individu dalam organisasi. Komunikasi yang baik dalam organisasi keperawatan sangat penting untuk keefektifan partisipasi karyawan dalam program. Komunikasi yang baik ialah komunikasi yang efektif, dapat memberikan informasi tentang urusan-urusankeperawatan dengan jelas. Mereka mengetahui apa yang dikatakan manajemen danmengetahui apa yang menjadi perhatian manajemen. Manajemen mengetahui apa yangdikatakan karyawan dan bagaimana menyesuaikan dengan persepsi manajemen sertamengembangkannya dalam pekerjaan.Keterlibatan karyawan dalam proses pengambilan keputusan menciptakan sikapdan perilaku yang baik. Karyawan ingin menjadi produktif dan ingin belajar.Keterampilan membuat keputusan meningkatkan kompetensi mereka, mempersiapkanmereka untuk kesempatan yang akan datang. Manajemen partisipasi mengurangikemungkinan frustasi dan rasa kehilangan yang bermakna dari perawat secaraindividual. Karyawan membuktikan bahwa saran dan masukan mereka diperhitungkan.
Ketika top management menerapkan filosofi pengambilan keputusanyang desentralisasi, tahapan di set untuk melibatkan lebih banyak orang – mungkin juga seluruh staff – dalam pengambilan keputusan pada level dimanasuatu aksi muncul. Baik desentralisasi maupun manajemen partisipasimendelegasikan otoritas dari top manajer ke bawah ke orang-orang yangmemberi laporan pada mereka. Dalam melakukan hal itu, tujuan atautanggung jawab diidentifikasi, otoritas dibolehkan, dan obligasi atau tanggung jawab dibuat dengan penerimaan. Karyawan dihitung terhadap hasilnya.Dalam keperawatan, seperti di organisasi lain, delegasi membantu perkembangan partisipasi. Seorang perawat profesional dengan otoritas yangterdelegasi akan menghubungi departemen lain untuk memecahkan masalahdalam memberikan pelayanan. Perawat profesional tidak perlu pergi menemuikepala departemennya, yang pada gilirannya juga akan menghubungi kepaladepartemen pelayanan yang lain, yang akan menimbulkan komunikasimenjadi macet. Orang-orang terdekat dengan masalah yangmenyelesaikannya. Inilah yang merupakan efisiensi dancost-effectivemanagement.
Beberapa ciri-ciri manajemen partisipasi.
1.      Kepercayaan
            Manajemen partisipasi didasarkan pada filosofi kepercayaan. Karyawandipercaya dapat menyelesaikan tugasnya, dengan laporan perkembangansecara periodik dan review akhir dengan manajemen. Waktu dan jumlah partisipasi harus diatur untuk mengendalikan stress. Keseluruhan tugasatau keputusan harus didelegasikan sebanyak meungkin. Lebih dan lebih banyak lagi perawat-perawat profesional ingin mengendalikan praktek keperawatan mereka. Manajer dapat memfasilitasinya dengan mengajarimereka membuat rencana operasional yang lengkap, termasuk menyusun prioritas dan membuat tenggat waktu. Rencana-rencana itu memberikan standar yang terdokumen untuk dilihati bersama. Manajer yang memberiwewenang dan memfasilitasi performa karyawan mengkomunikasikankepercayaan. Proses ini akan menampilkan kapabilitas karyawan dan memberikan hasil baik.
Motorola telah mengadakan program manajemen partisipasidengan baik tahun 1968, dimana hampir ribuan semua karyawannya diAmerika terlibat di dalamnya pada tahap yang sama. Tiga ide dasar dari program mereka yang membentuk kepercayaan:
a.       Setiap karyawan mengetahui pekerjaannya dengan lebih baik daripadaorang lain.
b.      Orang bisa dan akan menerima tanggung jawab dalam mengatur  pekerjaannya sendiri jika tanggung jawab itu diberikan pada merekadengan cara yang benar.
c.       Kepintaran, sudut pandang, dan kreatifitas ada diantara orang-orang pada semua level organisasi.

2.Komitmen
Keterlibatan personal dalam mengatur pelayanan keperawatanmenghendaki komitmen dari pimpinan perawat dan manajer perawat yanglain. Para manajer harus terlihat jelas oleh semua staff, menyokong danmemelihara mereka dalam proses. Sebaliknya, staff juga harus berkomitmen, karakteristik yang akan mereka bentuk dari kerjasamadengan manajer yang berkomitmen. Mereka memperoleh komitmen inidengan melihat bos-bos mereka yang berada di luar level produksi tempatdirawatnya pasien, dari kerjasama dengan kolega mereka dan manajer-manajer dalam semangat kerjasama tim, dan the sense of accomplishment. Komitmen keperawatan yang datang dari pengetahuan tentang tujuanorganisasi adalah pelayanan pasien dan bahwa para manajer bekerjadengan perawat dalam memberikan pelayanan tersebut. Staf bersama-samadalam mengambil keputusan dan datang dengan konsensus dengan para bos. Pengalaman dalam partisipasi ini menyemangati mereka dan membawa mereka masuk sehingga mereka tidak ingin malas atau asal-asalan. Komitmen memberikan inspirasi bagi staf untuk tekun, menonjol,dan produktif. Di bawah manajemen partisipasi, komitmen diperoleh,tidak dihilangkan.

3.Tujuan dan Objektif
Tujuan akhir yang marupakan kunci bagi organisasi keperawatan adalahuntuk menjaga dirinya tetap sehat, dan manajemen partisipasi mendoronglingkungan kerja yang sehat. Partisipasi akan membuat karyawanmenggunakan kemampuan maksimumnya tanpa melepaskan otoritastertinggi dan tanggung jawab manajemen. Perawat profesional inginmemperoleh masukan menjadi keputusan namun tidak ingin melakukan pekerjaan manajer. Mereka ingin dukungan manajer untuk bisa berbicaradengan mereka dan diberikan informasi. Tanpa ini, mereka menjadi marahdan bermasalah, yang menghasilkan ketidakhadiran dan produktivitasyang rendah.Kegiatan pembuatan tujuan datang dengan review performa danumpan balik yang sering. Personal keperawatan membawa tujuan danobjektifnya pada konfrensi dengan manajemen. Proses ini timbal balik,manajer dan karyawan bersama-sama membuat tujuan dan objektif yangmenantang, jelas, konsisten, dan spesifik. Manajer perawat dan perawatkeduanya akan termotivasi. Stress yang sehat akan meningkat dan stressyang tak diinginkan akan berkurang.
4.Otonomi
Otonomi adalah pernyataan tentang kemandirian, bertanggung jawab,otoritas, dan memperhitungkan kerja sesuai jam kerja seseorang.Karyawan profesional menunjukkan keinginan mereka terhadap otonomiuntuk mempraktekkan profesi mereka dan dalam membuat keputusantentang pekerjaan mereka. Mereka tidak ingin keputusan mereka dibuatuntuk mereka oleh administrator rumah sakit, dokter, atau yang lainnya.

Mereka ingin diperlakukan sebagai partner yang sejajar dan kolega dalamsistem pemberian penjagaan-kesehatan. Keinginan untuk otonomi ini telahmeningkat karna perawat telah meningkatkan pengetahuan danketerampilannya dengan baik dan memanfaatkannya dengan hasil yangefektif.
Perawat-perawat profesional menginginkan kontrol yangterotonomi terhadap kondisi-kondisi yang berada dalam pekerjaan mereka,termasuk tahap dan isinya. Kondisi-kondisi itu sering bermasalah dengan peranan koordinasi manajemen, konflik yang dalap diredakan denganmelibatkan perawat profesional dalam koordinasi mendelegasikanaktivitas-aktivitas.
Perawat profesional berkeinginan mengasumsikan dan menerimatanggung jawab dan tetap terhitung. Mereka ingin otoritas, kekuasaanyang benar dan sah, untuk memenuhi tanggung jawabnya. Otoritas inidatang dari keahlian pengetahuan, keterampilan, lisensi, posisi, dan temansejawat mereka.
            Otonomi perawat-perawat profesional merupakan bukti dalamorganisasi dimana manajemen mempercayai perawat dengan memberimereka kebebasan untuk membuat keputusan dan mengambil tindakandalam lingkup pengetahuan mereka. Karenanya perawat bebas melatihotoritas mereka. Kebebasan ini disahkan oleh hukum departemen merekadalam job description, penilaian kinerja mereka, dan dukungan manajementerhadap keputusan mereka. Tindakan mandiri perawat termasuk didalamnya mengakui kesalahan, melakukan tindakan untuk memperbaikinya, dan mencegahnya untuk tidak terjadi lagi. Perawat profesional dapat bertanggung gugat terhadap konsekuensitindakan-tindakan mereka. Akuntabilitas adalah “pemenuhan kewajibanformal untuk menyingkap penyerahan tujuan-tujuan, prinsip-prinsip, prosedur, hubungan, hasil, income, dan ekspenditur yang dipunyaiseseorang pada orang lain.
Untuk mempunyai otonomi, karyawan bidang keperawatan harusdilibatkan dalam pembuatan sasaran mereka sendiri dan dibiarkanmenentukan bagaimana mencapai sasaran-sasaran mereka. Prinsip inidapat diterapkan pada seluruh karyawan keperawatan. Ketika perawat profesional bekerja dengan karyawan keperawatan yang lain, merekamesti ikut berpartisipasi dan memberikan masukan dari kelompok-kelompok ini. Pendekatan ini memajukan minat, kepercayaan, dankomitmen orang-orang ini. Studi tentang otonomi perawat menemukan berbagai variasi dalam persepsi tentang apakah mereka dibantu dalam menampilkan ini. Perawatyang khas menampilkan level tertinggi otonomi adalah wanita dengan pendidikan master mempraktekkan bidang peranan administrasi klinik diruang emergency yang merasakan harapan untuk memfungsikan secaraotonomi mencapai level tertinggi. Perawat yang khas menampilkanotonomi terendah adalah staf perawat pria di ruang operasi atau post-anastesi yang berpendidikan kuang dari master yang merasakan harapan untuk memfungsikan secara otonomi yang rendah atau tidak yakin tentangharapan tentang otonomi. Tidak ada perubahan yang ditemukan pada levelotonomi yang dirasakan dari studi-studi yang dilakukan limabelas tahunyang lalu. Skor tertinggi ditemukan diantara para perawat yang berpraktek di ruand emergency, psikiatri, dan perawatan kritis, area dimana dokter dan institusi memenuhi otonomi terbesar. Perawat pada level master menampilkan skor teringgi dalam otonomi. Di bawah level itu, pemahaman peran yang lemah, kebingungan peran, dan pencontohan peran yang lemah membawa pada proses sosialisasi yang mendorongsemua perawat untuk bertindak secara sama. Berlawanan, perawat pada peranan administratif mempunyai harapan peran yang lebih jelas dan bersesuaian dengan skor otonomi yang lebih tinggi. Jelas bahwa merekatidak memberi kuasa staff praktek mereka untuk mempunyai levelotonomi yang sama. Penulis menyatakan bahwa penemuan mereka bias menandakan bahwa “rumah sakit tidak mengharapkan atau mendukungotonomi dalam Registered Nurse.”
Untuk mendorong otonomi yang lebih besar, perawat perludimasukkan dalam pengambilan keputusan, pembuatan peraturan, dankeputusan finansial. Mereka butuh kejelasan peran untuk dididik padalevel yang lebih tinggi untuk praktek berotonomi. Perhatian yang lebih besar perlu diberikan pada pencontohan peran untuk memberikan pemahaman tentang kemandirian perawat, ketergantungan, dan aspek saling ketergantungan. Ketika elemen-elemen telah ditentukan dalam satu bidang praktek yang memajukan otonomi, mereka perlu dipekerjakan ke bidang lain juga.
Studi tentang pelajar tamatan sebuah universitas mengindifikasikan bahwa pelajar memberi ranking yang tinggi terhadap otonomi individu. Iniakan muncul kurangnya status profesionalitas dikarenakan kurangnyaotonomi pada perawat individu. Karenanya, perlu diberi pertimbanganterhadap penolakan otonomi oleh institusi yang berkaryawan sebagai akar  penyebabnya. Perawat mungkin mendapati pekerjaan pertamanya dengan prilaku yang berotonomi dibanding wanita-wanita di industri lain.Pertimbangan yang serius perlu diberikan pada peranan yang institusi bermain dalam menutup usaha-usaha perawat dalam pencapaian otonomi profesional. Pendidikan keperawatan harus menempatkan masalah inidengan melihat secara serius dalam program yang ada dan bekerja untuk mendidik perawat yang akan mampu menuntut status profesional yang benar.
2.3.   Proses Manajeman Partisipasi
Dalam proses manajemen partisipasi, perawat profesional terlibat dalam pembuatan keputusan yang mempengaruhi mereka dan dalam pembuatanstandar kerja mereka. Proses ini melibatkan pelatihan, perubahan peransupervisor, perubahan peran serikat kerja, dan komunikasi. Ini jugamelibatkan persiapan manajer untuk perubahan struktur organisasi. Partisipasi menghendaki pemahaman dan dukungan dari berbagai level orang dalamorganisasi.
Ketika organisasi berkembang, mereka sering diedarkan secarageografis. Dalam rumah sakit, hal ini dapat muncul sebagai layanan baru atau produk ditambah. Perawatan kesehatan di rumah contohnya. Ketika misidibuat, ini sering dirumahkan di gedung lain dan kadang-kadang di bagian lainkomunitas. Pengedaran geografis cenderung dihasilkan dari integrasi vertikaldan meningkatkan desentralisasi.
Organisasi pelayanan kesehatan tumbuh dengan membangun misi baruuntuk kesesehatan, kedokteran olah raga, pasien operasi rawat jalan, gawatdarurat dan pusat pembedahan, pusat persalinan, pelayanan pertolongan danklinik untuk berbagai jenis. Pembagian spesialisasi dan distribusi geografimenyokong desentralisasi dan delegasi otoritas pengambilan keputusan,tanggung jawab, dan tanggung gugat. Desentralisasi cenderung meningkat jika pertumbuhan organisasi lebih internal dibanding eksternal. Ketika produk- produk dan pelayanan-pelayanan ini berkembang, akan lebih sulitmengaturnya dengan efektif dari sebuah kantor pusat. Penting untuk mempunyai manajer produk dan manajer unit yang berkualitas, terlebih bilaada pembedaan besar dari produk dan jasa.
Di dalam hirarki, partisipasi yang didasarkan pada interaksi dan pengaruh akan berhasil berkembang sehingga dapat beroperasi denganmandiri dari bagian lain dari organisasi. Manajemen produk akan dilakukan lintas fungsi organisasi, jadi manajer harus mengurus kualitas susunan lateral.Ini termasuk integrasi fungsi-fungsi garis dan staff, seperti produksi dan pemasaran atau produksi dan edukasi.
Perusahaan kecil sekalipun mendaftarkan pekerja garis depan sebagai peserta aktif dalam memikirkan lagi bisnis, pekerjaan organisasi, dan merekrut pegawai baru. Pekerja garis depan diberikan berbagai informasi sebagaigambaran sales bulanan dan laporan keuangan perempat bulan. Desentralisasidan partisipasi dan memberi wewenang karyawan memberntuk turmoil. Paramanajer merespon enggan terhadap training dan pelatihan. Beberapa perusahaan merekrut karyawan baru hanya setelah interview karyawan dan pengesahan (sejalan dengan perspektif manajer dan profesional personal).Ketika tim merekrut anggota, mereka memerlukan training untuk memastikanhukum rekrut tidak dilanggar.


1.Training
Manajer pada semua level keperawatan harus bergabung ke filosofimanajemen partisipasi jika ingin sukses. Semua manajer dan karyawanharus mencairkan sistem prilaku dan penilaian yang sekarang. Proses pencairan ini memerlukan program training yang menyeluruh dandirencanakan secara matang. Training akan meningkatkan rasa keamanankerja dengan mempersiapkan semua orang untuk perubahan peranan. Staff  pada semua level berlajar tentang alasan manajemen partisipasi, untungdan rugi, dan penanan yang akan mereka mainkan.
Manajer mungkin akan merasa terancam oleh konsep manajemen partisipasi jika mereka merasakan bahwa otoritas mereka dihilangkan.Program training mereka akan perlu mengkaji kompetensi mereka. Initermasuk mengembangkan kemampuan mereka berterus terang dengankaryawan dan kemauan mengakui kesalahan di masa lampau, danmendukung kontribusi dari karyawan mereka dan dipengaruhi olehmereka. Manajer perlu belajar menerima eksistensi pekerjaan mereka.
Lebih dari seribu bisnis di Amerika terlibat dalam beberapa bentuk manajemen partisipasi. Banyak organisasi keperawatan bergabung dalam pemikiran persamaan derajat. Manajeman terpusat dan otoritas tinggalsejarah dalam penegmbangan ilmu prilaku manusia.Karena mereka telah diarahkan ke setralisasi, manajemen berotoritasuntuk sekian lama, personal keperawatan perlu disekolahkan dalam prosesmanajemen partisipasi. Hal ini akan termasuk training untuk mendapatkaninput menjadi pengambilan keputusan yang diambil bersama.

2.Perubahan Peran Supervisor
Desentralisasi dengan manajemen partisipasi berrarti bahwa peranan perlu dijelaskan lagi dan dikoordinasikan untuk mencegah konflik.Manager perawat dan perawat primer telah meningkatkan tanggung jawabmanajemen. Perwat ini menjadi mentor, contoh peranan, dan fasilitator. Dengan struktur organisasi yang didatarkan, beberapa mungkin kehilangan pekerjaan sementara yang lain mempunyai lingkup keseluruhan peningkatan tanggung jawab mereka.
Dalam satu eksperimen dalam pendidikan pasien yangdidesentralisasikan, semua perawat peduli pada pasien menjadi guru.Asisten kepala perawat menjadi fasilitator – orang yang bertanggung jawab untuk perencanaan dan pengembangan objektif untuk program pendidikan pasien dan untuk memajukan minat staff dan partisipasi dalamsemua fase. Departemen pendidikan menjadi sumber daya yang tersediauntuk mengatur program pendidikan dalam mendukung perawat primer.
Dalam manajemen partisipasi, supervisor lebih banyak memfasilitasi dari pada mengarahkan pekerja. Fungsi pengawasantradional didelegasikan ke bwah. Harus ada gambaran tanggung jawabdasar manajer yang jelas, terpisah dari tingkah laku mereka atau gayamanajemen. Manajer dapat memperoleh kepuasan dari kemampuanmereka menjadikan perawat klinik berhasil dan puas. Keterampilaninterpersonal dan kemampuan konseptual yang diminta dari supervisor akan meningkat. Supervisor harus ditantang dan harus mempunyai masa  depan. Mereka harus memajukan implementasi keputusan komite,mendengarkan, dan menawarkan bantuan.
3.Perubahan Peran Serikat Kerja
Keputusan desentralisasi dan manajemen partisipasi tidak dibuatuntuk menyamankan serikat kerja. Serikat kerja mungkin memandangsebagai ancaman bagi keselamatan mereka dan bagi keanggotaan yangmerupakan awal usaha yang gagal. Renacana desentralisasi harusmelibatkan partisipasi anggota serikat yang menekankan minat umumserikat dan manajemen. Kedua kesatuan menginginkan kepercayaantimbal balik, kualitas kehidupan kerja, dan keterlibatan karyawan.Keduanya menginginkan keamanan kerja untuk karyawan dan anggota mereka; program manajemen partisipasi yang sukses memberikankeamanan kerja prioritas yang tinggi.Beberapa supervisor akan mamajukan desertifikasi serikat selagi bekerja untuk menyatukan karyawan pada mereka melalui keterlibatan.Yang lain akan berkerja sama dengan serikat mereka, memajukandukungan aktif mereka. Pada jarak belakanagan, prerogatif tradisionalmanajemen kadang-kadang disubjekkan pada pengaruh serikat. Resiko/manfaat rasio keterlibatan serikat-manajemen harus diukur oleh kedua sisi.
Peranan serikat harus didefinisikan. Sasarannya adalah hubungan pekerja-manajemen yang baik. Jika mereka untuk memainkan peran,serikat pelayan toko akan dilatih dengan supervisor perusahaan. Akan perlu pernyataan persetujuan untuk menjaga keluhan dan isu sesuai perjanjian diluar program keterlibatan karyawan.

4.Komunikasi
Komunikasi yang bagus dalam organisasi keperawatan perlu bagi program partisipasi karyawan yang efektif. Komunikasi yang baik adalahkomunikasi yang efektif; ini bukti karyawan yang diberitahu tentang bisniskeperawatan. Karyawan itu mengetahui apa yang manajemen katakan danapa maksud manajemen. Manajemen tahu bahwa karyawan mengatakandan bagaimana ini bertemu dengan persepsi manajemen bekerja untuk mengembangkan. Komunikasi yang pecah menyebabkan stress danmembawa kerugian ekonomis langsung melalui prduktivitas yang rendah,keluhan, absensi, perpindahan karyawan yang tinggi, dan pekerjaan yangmelambat. Struktur organisasi datar memajukan komunikasi yang efektif.Partisipasi mempertinggi komitmen dan komunikasi antar departemen.
Desentralisasi menghendaki pergeseran dari kerangka utama prosesinformasi menjadi sistem terdistribusi atau komputer yang lebih kecil. Inimeningkatkan fleksibelitas dan kontrol pada level organisasi lebih rendah,memberikan user perasaan kepemilikan sistem yang lebih tinggi. Paket software menawarkan keinginan cepat untuk kebutuhan aplikasi khusus.Keterlibatan user terakhir dengan aplikasi komputer meningkat.

2.4. KEUNTUNGAN MANAJEMEN PARTISIPASI
Berikut adalah daftar keuntungan dari manajemen partisipasi sebagaimanadisebutkan penulis dalam bisnis, industri, dan perawatan kesehatan, termasuk keperawatan:
1.      Kepercayaan yang tinggi dan dukungan timbal balik.
2.      Menghapuskan posisi full-time-equivalent; level manajemen yanglebih sedikit; departemen khusus lebih sedikit.
3.      Meningkatnya akuntabilitas dari manajer dan karyawan
4.      Berkurangnya keraguan dalam kebutuhan kerja bagi praktisi dankaryawan sebagai hasil dari peningkatan komunikasi
5.      Meningkatnya peran bagi perawat klinik; supervisi terhadap dirisendiri; keterlibatan aktif bagi karyawan dalam mengidentifikasi danmenyelesaikan masalah; mendorong kontribusi karyawan; pengembangankarir 
6.      Meningkatnya kemandirian divisi keperawatan
7.      Legal clarity/kejelasan aturan yang sah
8.      Meningkatnya efisiensi sebagai hasil dari tingginya rasio perawat / pasien
9.      Kerjasama tim (orang-orang menjadi koperatif dan mandiri sebagaihasil dari peningkatan motivasi dan inisiatif)
10.  Meningkatnya komunikasi yang bersifat organisasi, dengan perawat diberikan pengarahan singkat pada semua tahap pekerjaan perawat, mencakup tentang penghasilan, biaya, dan rencana strategis,dengan demikian meningkatkan pengertian karyawan tentang organisasi.
11.  Berkurangnya ketidakhadiran
12.  Meningkatnya efektivitas dan produktivitas. Diperbaikinya kualitaskerja: tingkat wawasan yang lebih tiggi.
13.  Meningkatnya moral dan motivasi kerja; meningkatnyakesenangan akibat fluktuasi partisipasi (partisipasi membuat pekerjaan dannilainya dapat dilihat)
14.  Ide yang segar terhadap pembuatan keputusan manajemen dan pemecahan masalah
15.  Mengidentifikasi leader-leader yang potensial
16.  Mengembangkan di dalam profesional suatu rasa identifikasi yangkuat terhadap tujuan dan objektif pengusaha
17.  Berkurangnya perpindahan karyawan dan meningkatnya stabilitas pekerja
18.  meningkatnya komitmen seperti halnya sikap menjadi positif 
19.  Lebih sedikit lembur 
20.  Lebih rendah biaya
21.  Utilisasi yang lebih baik terhadap perawat professional, sepertihalnya ketrampilan dan bakat peserta ditemukan dan ditingkatkan
22.  Meningkatnya kepuasan kerja
23.  Mengenali kontribusi karena partisipasi meningkatkan kapasitasindividual dan organisasional untuk belajar, beradaptasi, dan berkembangke tingkat yang lebih baik.

2.5. KERUGIAN MANAJEMEN PARTISIPASI
1.      Kegagalan sewaktu-waktu dapat terjadi
2.      Tahap awal dari program membutuhkan waktu dan uang
3.      Kebijakan dan prosedur mesti dirubah
4.      Kadang-kadang sulit untuk menentukan ini tanggung jawab siapa,walaupun keraguan-keraguan yang lainnya bisa dikurangi
5.      Kantor anggaran dan kantor atau departemen lainnya harus berhadapandengan beberapa unit pelayanan keperawatan bukannya dengan satudepartemen
6.      Kekurangan pengetahuan mengenai proses, pengusaha tidak ingin haltersebut mengenainya
7.      Sulit untuk merubah gaya manajemen menjadi partisipasi nyata
8.      Karyawan yang memandang manajemen sebagai hal yang otokratis merasa penilaian kinerja partisipasi sebagai hal yang tidak tulus, berkenaandengan dukungan, dan manipulatif.
9.      Evaluasi diri merupakan ancaman sebab perasaan karyawan terpengaruholeh pandangan yang lainnya.

Semua kerugian ini akan teratasi oleh pimpinan eksekutif perawat yangmempersiapkan dan mengimplementasikan suatu rencana dengan supervisor dan edukator yang telah disiapkan secara psikologis, politis, dan secara teknis. pimpinan eksekutif perawat memilih dan mengembangkan orang-orang kunci(manusia yang mengembangkan manusia), yang bekerja untuk jangka panjangke depan dan dapat diakses

2.6. AKTIVITAS YANG MELIBATKAN PERAWAT DALAMMANAJEMEN PARTISIPASI
1.   Peningkatan Job/Job Enrichment
Peningkatan Job memuaskan motivasi untuk memenuhi kebutuhanyang lebih tinggi, mencakup variasi di dalam dan antar pekerjaan danstrategi menghadapi tantangan dengan menekankan hasil kerja di atas proses pekerjaan itu sendiri. Peningkatan job menciptakan kerja dengantanggung jawab lebih besar dan lebih fleksibel dan meningkatkan pengembangan diri. Ada beberapa pendekatan dari peningkatan job.
Teori faktor dua Herzberg's merupakan suatu pendekatan dari peningkatan job: faktor pertumbuhan dan motivasi merupakan prestasi, pengenalan, pekerjaan, tanggung jawab, dan kemajuan. Mengurangi faktor kesehatan akan menimbulkan ketidak puasan bagi karyawan dan tidak akan memotivasi mereka. Suatu struktur model karakteristik job bekerja untuk pencapaiankinerja yang efektif, penghargaan pribadi, dan kepuasan kerja.Karakteristik job merupakan variasi, kesatuan tugas, arti tugas, otonomi,dan pekerjaan berdasarkan umpan balik. 
Gaya manajemen praktek kerjasama tim ala Jepang, menggolongkankesadaran, keselarasan, pelatihan, dan perpindahan antar cabang.Pendekatan Kualitas Kehidupan Kerja mempertimbangkan tugas-tugas, lingkungan fisik pekerjaan, lingkungan sosial dalam organisasi,sistem administrasi, dan hubungan antara hidup dan matinya pekerjaantersebut.


2.      Personalisasi
Personalisasi merupakan suatu strategi yang berfokus kepada orang-orag dan pengetahuannya, bukan pada jumlah dan situasi politik. Para penggunanya menekankan rasa empati dan melibatkan para profesionaldalam pembuatan keputusan kritis yang akan mempengaruhinya.Kesempatan bagi pengembangan karier dipermudahkan dengan peng-iklanan pekerjaan, perpindahan, pemberian umpan balik kepada pelamar  pekerjaan, mengizinkan dan menyediakan pengembangan dan pelatihansecara bebas, dan promosi para pekerja berdasar pada ukuran yangobjektif.

3.      Keperawatan Primer
Keperawatan primer sebagai suatu modalitas pelayanan keperawatanmembuat pekerjaan keperawatan bermanfaat, meningkatkan harga diri perawat melalui penyelenggaraan fungsi secara lengkap, memberikan hasilkerja pribadi, dan merealisasikan hubungan kolegial dan kolaboratif.Model Keperawatan yang lainnya yang cocok dengan manajemen partisipasi adalah modul keperawatan, tim keperawatan, manajemen kasus,dan model praktek kolaboratif.

4.      Tim Kerja Self-Directed
Suatu Tim Kerja Self-Directed merupakan sekelompok karyawanfungsional (bercirikan 8 sampai 15). Tim tersebut membagi tanggung jawab terhadap unit-unit produksi tertentu (termasuk unit pelayanan atauinformasi). Anggota-anggotanya saling terlatih dalam segala keterampilanteknikal yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas yangdiberikan. Mereka memiliki otoritas dalam merencanakan, melaksanakan,dan mengontrol seluruh proses pekerjaan. Anggota bertanggung jawabterhadap skedul, kualitas dan pembiayaan yang telah ditentukan dengan jelas untuk di kemudian hari. Para pengusaha mengindikasikan bahwa tim Kerja Self-Directed dapat memperbaiki kualitas, meningkatkan produktivitas, menurunkan biaya operasional, dan membantu pengembangan komitmen yang lebih besar dari pekerja. Karyawanmenyatakan bahwa mereka merasakan “berada di adalam sesuatu,”dilibatkan dalam pengambilan keputusan, ditantang, dan diberikankewenangan dan dapat meningkatkan kepuasan kerja.Tim Kerja Self-Directed mempunyai ketua. Pada tahap awal, ketuaditentukan oleh manajemen tingkat atas. Setelah tim berkembang danmengalami perubahan ia memilih ketua sendiri. Dengan cepat, perantersebut digantikan. Ketua timbertindak sebagai fasilitator internal.Manajer tingkat menengah dilatih menjadi fasilitator eksternal.Tim Self-Managed diberikan kewenangan untuk membuat segalakeputusan tentang pekerjaan yang akan dilaksanakan. Federal Express danIDS mengklaim bahwa produktivitasnya meningkat 40% dengan timSelf-Managed. Suatu survey di perusahaan Fortune 1000 menunjukkan bahwa68 % menggunakan tim Self-Managed meskipun hanya 10 % pekerja yangada di dalamnya.Untuk membuat tim Self-Managed sukses, para pengusaha harus:
1.Berikan kewenangan bagi tim dalam pembuatan keputusan
2.Sediakan mereka system komunikasi surat elektronik sehingga timdapat berbicara dengan satu sama lainnya.
3.Ciptakan tim hanya untuk mengerjakan apa yang bisa dikerjakanoleh tim
4.Buat timkerja dengan Pay for Performance System
5.Inspirasikan tim untuk meningkatkan moral, produktivitas daninovasi
6.Gunakan tim yang tepat untuk pekerjaan yang tepat. Bentuk suatutim pemecahan masalah untuk mengatasi masalah; kemudian bubarkanlagi. Gunakan tim kerja untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari.Tim kerja harus memenej dirinya sendiri, memiliki kewenangan untuk merubah sesuatu perintah, dan memiliki anggaran sendiri.  
7.Bentuk hirarki dari tim yang membuat keputusan dengan segera.Untuk membuat 777, Boeing menggunakan tiga lapis tim: tim topmanagement untuk melihat apakah pesawat dibuat dengan benar dantepat waktu; tim leader dari rancang bangun dan operasi untuk mengatur kerja tim; dan tim kerja lintas fungsional. Lapis keempat daritim integrasi pesawat terbang dengan aksesnya ke semua orang yang berada di dalam organisasi ditambahkan kemudian. Maka permasalahan dapat diidentifikasi dan dipatasi sedini secara dini.
8.pertahankan kepercayaan dan moral. Ketika restrukturisasi, bawaserta karyawan ke dalam proses tersebut. Rencanakan untuk kehilangan pekerjaan dengan pelatihan kembali, penugasan baru, pengunduran diri, dan pemecatan.
9.Ambil alih permasalahan dari orang-orang yang saling bertentangan dengan menghabiskan waktu untuk membuat orang-orang bekerja sama.Tim yang sesungguhnya adalah tim kerja yang anggotanya berbicaradengan komputer, pergi keluar masuk kapan perlu, dan mendapat giliransebagai pemimpin.

5.      Pembagian kekuasan (shared governance)
Pembagian kekuasan (shared governance) didefinisikan sebagai pengalokasian kontrol, kekuasaan, atau otoritas diantara pihak-pihak yangsaling berkepentingan. Data yang mendukung kekurangan di dalam perputaran dan peningkatan level kepuasan perawat adalah bukti dari hasilkesuksesan proses Pembagian kekuasan (shared governance). Prinsip dari pembagian kekuasan (shared governance) lebih konsisten dengan prinsip profesionalisme dibandingkan prinsip manajemen partisipasi. Yang berikut ini adalah prinsip yang utama dari pembagian kekuasan (shared  governance):
1.Pembagian kekuasan (shared governance) bukanlah bentuk darimanajemen partisipasi. Manajemen partisipasi berarti mengizinkan yang lain untuk berpartisipasi mengambil bagian dalam keputusan dimana satu baris manajer mempunyai kendali.
2.Pembagian kekuasan (shared governance) bukanlah manajemenkemudi. Segala aktivitas yang bukan keperawatan langsung maupun berhubungan dengan proses itu berada di dalam dukungannya.
3.Pembagian kekuasan(shared governance) tidak mempunyai lokuskontrol. Tanggung-jawab suatu peran melekat dalam peran tersebut.
4.Model seharusnya lebih didasarkan kepada klinik daripadaorganisasi adminsistaratif.
5.Governance harus merupakan wakil secara alami, bukannya secarademokratis.
6.Wakil harus dipilih, bukannya memilih.
7.Di depan hukum perlu menyediakan suatu sistem pengecekan dan penimbangan, dan mereka harus diluluskan melalui suatu votingdengan suara terbanyak dari seluruh staff keperawatan.

Di bawah kekuasaan kolaboratif (collaborative governance), manajer-manajer menjadi para integrator, fasilitator, dan kordinator. Paramanajer klinik dididik dalam membuat keputusan, membangun tim,dinamika kelompok, pengembangan tujuan dan sasaran, keterampilanwawancara, penganggaran, dan disiplin dan penghargaan. Personil padaunit mengembangkan kebijakan. Struktur dijaga informal kecuali areayang diatur di depan hukum, peraturan, dan efisiensi, di mana wakilkomite pusat bekerja. Personil pada unit memutuskan apakah unit merekanantinya " terbuka," jika personil keluar masuk, atau " tertutup." untuk sistem kerja, semua unit karyawan harus membeli saham perusahaan.Perlu bertahun-tahun untuk membangun suatu kekuasaan kolaboratif (collaborative governance) yang sukses.
6.   Kewirausahaan (Entrepreneurship)
Sebagai strategi yang terintegrasi secara desentralisasi dan vertikaldilaksanakan dalamorganisasi pelayanan kesehatan, terdapat suatu peluangyang besar untuk perawat-perawat professional untuk terlibat dalamkewirausahaan. Perawat dapat membentuk perusahaan-perusahaan kecildengan dukungan dari agensi pemerintahan dan perusahaan swasta. Sebagaimana perusahaan memerlukan modal proyek dengan persiapan cukup, maka dapat diperoleh dari pemerintah dan industri pelayanankesehatan swasta.

7.   Bagi Hasil/Keuntungan (Gain – Sharing)
Bagi hasil/keuntungan merupakan suatu program perangsang/insentif kelompok di mana karyawan berbagi penghargaan yang bersifat finansialsebagai hasil dari peningkatan kinerja. Hal ini mempunyai sama-sama banyak keuntungan dan kerugiannya sebagai metoda lain manajemen partisipasi. Top management harus sensitif terhadap tujuan-tujuan parakaryawan.
Hasil dari berbagi keuntungan dapat diukur: uang tabungan, peningkatan hubungan manajemen-tenaga kerja, berkurangnya keluhan, berkurangnya ketidakhadiran, dan mengurangi mutasi/perpindahan. Bagihasil/keuntungan memberikan tambahan uang sebagai penghargaanintrinsik. Kepemilikan bursa dan pembagian keuntungan merupakan penghargaan yang ekonomis seperti halnya bagi hasil.

8.   Keadilan Upah (Pay Equity)
Keadilan upah antara manajemen dan karyawan merupakan suatu isuyang terdapat di dalam manajemen partisipasi. Karyawan merasa berkecilhati terhadap pengumuman tentang peningkatan gaji yang sangat besar, jaminan sosial, dan penghasilan tambahan bagi top management. Programinsentif/perangsang bagi karyawan merupakan bagian dari programmanajemen partisipasi. Pada saat karyawan mendapat kepuasan intrinsik dari penghargaan dan pujian publik, mereka juga memperoleh penghargaan ekstrinsik dari bonus keuangan, saham pilihan, dan pembagian keuntungan




Partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab didalamnya.
4.Kepemimpinan, kekuasaan dan partisipasi memiliki keterkaitan yang erat. Seorang pemimpin dengan kepemimpinan yang ada pada dirinya memiliki wewenang ataukekuasaan untuk membuat keputusan dan mempengaruhi bawahannya untuk mentaatikeputusan itu. Namun dalam pengambilan suatu keputusan, kadang perlu melibatkan partisipasi bawahan agar keputusan yang dibuat tidak sepihak dan tercipta suatukeputusan yang lebih baik dalam mencapai suatu tujuan.
B
. Saran
1.

Penulis berharap bahwa makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaranseorang perawat sesuai dengan mata kuliah yang bersangkutan.2.

Jika terdapat hal-hal yang tidak benar dalam penulisan makalah ini, mohon pembacamengkritik karena kritik itu baik demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang
 
xiv
DAFTAR PUSTAKA
http://
id.wiki
pe
dia.org
/
wiki
/Ke
kuasaan

http://
id.wiki
pe
dia.org
/
wiki
/Kepem
i
mp
inan
http://
war
t
awarga.gunadar
m
a.ac.id
/2009/11/
k
epem
i
mp
inan-dala
m
-k
epe
rawa
t
an
http://
www.canboyz.co.cc
http://
www.
e
ndz4s
h
ar
e
d.co.cc
/2009/12/
k
epem
i
mp
inan-dala
m
-organisasi.
htm
l.