Thursday 13 October 2016

Askep CA Nasofaring




ASKEP CA NASOFARING
I. Pengertian

Karsinomanasofaringadalahkeganasanpadanasofaring yang berasaldariepitelmukosanasofaringataukelenjar yang terdapat di nasofaring.
CarsinomaNasofaringmerupakankarsinoma yang paling banyak di THT.Sebagianbesarkliendatangke THT dalamkeadaanterlambatatau stadium lanjut.
II. AnatomiNasofaring.
Nasofaringletaknyatertinggi di antarabagian-bagian lain dari faring, tepatnya di sebelah dorsal daricavumnasidandihubungkandengancavumnasiolehkoane.Nasofaringtidakbergerak, berfungsidalam proses pernafasandanikutmenentukankualitassuara yang dihasilkanolehlaring. Nasofaringmerupakanrongga yang mempunyaibatas-batassebagaiberikut :
Atas : Basis kranii.
Bawah : Palatum mole
Belakang : Vertebra servikalis
Depan : Koane
Lateral : Ostium tubae Eustachii, torus tubarius, fossa rosenmuler (resesus faringeus).
Pada atap dan dinding belakang Nasofaring terdapat adenoid atau tonsila faringika.
III. Etiologi
Kaitan Virus Epstein Barr dengan ikan asin dikatakan sebagai penyebab utama timbulnya penyakit ini. Virus ini dapat masuk dalam tubuh dan tetap tinggal disana tanpa menyebabkan suatu kelainan dalam jangka waktu yang lama.
Untuk mengaktifkan virus ini dibutuhkan suatu mediator kebiasaan untuk mengkonsumsi ikan asin secara terus menerus mulai dari masa kanak-kanak, merupakan mediator utama yang dapat mengaktifkan virus ini sehingga menimbulkan Ca Nasofaring. Mediator yang berpengaruhuntuktimbulnya Ca Nasofaring :
1. Ikan asin, makanan yang diawetkan dan nitrosamine.
2. Keadaan social ekonomi yang rendah, lingkungan dan kebiasaan hidup.
3. Sering kontak dengan Zat karsinogen ( benzopyrenen, benzoantrance, gas kimia, asap industri, asap kayu, beberapa ekstrak tumbuhan).
4. Rasdanketurunan (Malaysia, Indonesia)
5. Radangkronisnasofaring
6. Profil HLA
IV. TandadanGejala
Simtomatologiditentukanolehhubungan anatomic nasofaringterhadaphidung, tuba Eustachiidandasartengkorak
§ GejalaHidung :
Ò Epistaksis :rapuhnyamukosahidungsehinggamudahterjadiperdarahan.
Ò Sumbatanhidung.Sumbatanmenetapkarenapertumbuhantumorkedalamrongganasofaringdanmenutupikoana, gejalanya :pilekkronis, inguskental, gangguanpenciuman.
§ Gejalatelinga
Ò Kataralis/ oklusi tuba Eustachii :tumormula-muladofosa Rosen Muler, pertumbuhantumordapatmenyebabkanpenyumbatanmuara tuba ( berdengung, rasa penuh, kadanggangguanpendengaran)
Ò Otitis Media Serosa sampai perforasi dan gangguan pendengaran
§ Gejalalanjut
Ò Limfadenopatiservikal :melaluipembuluhlimfe, sel-selkankerdapatmencapaikelenjarlimfedanbertahandisana. Dalamkelenjariniseltumbuhdanberkembangbiakhinggakelenjarmembesardantampakbenjolandileherbagiansamping, lama kelamaankarenatidakdirasakankelenjarakanberkembangdanmelekatpadaototsehinggasulitdigerakkan.
V. Pembagian Karsinoma Nasofaring
Menurut Histopatologi :
§ Well differentiated epidermoid carcinoma.
- Keratinizing
- Non Keratinizing.
§ Undiffeentiatedepidermoid carcinoma = anaplastic carcinoma
- Transitional
- Lymphoepithelioma.
§ Adenocystic carcinoma
Menurutbentukdancaratumbuh
§ Ulseratif
§ Eksofilik : Tumbuh keluar seperti polip.
§ Endofilik : Tumbuh di bawah mukosa, agar sedikit lebih tinggi dari jaringan sekitar (creeping tumor)
VI. KlasifikasiHistopatologimenurut WHO (1982)
Tipe WHO 1
- Karsinomaselskuamosa (KSS)
- Deferensiasibaiksampaisedang.
- Seringeksofilik (tumbuhdipermukaan).
Tipe WHO 2
- Karsinoma non keratinisasi (KNK).
- Paling banyakpariasinya.
- Menyerupaikarsinomatransisional
Tipe WHO 3
- Karsinomatanpadiferensiasi (KTD).
- Seperti antara lain limfoepitelioma, Karsinoma anaplastik, “Clear Cell Carsinoma”, varian sel spindel.
- Lebihradiosensitif, prognosis lebihbaik.
Indonesia Cina
Tipe WHO 1. 29% 35%  2. 14% 23%  3. 57% 42%
VII. PerluasanTumorkeJaringanSekitar
1. Perluasan ke atas : ke N.II dan N. VI, keluhan diplopia, hipestesi pipi
2. Sindrom petrosfenoid terjadi jika semua saraf grup anterior terkena dengan gejala khas :
§ Neuralgia trigeminal unilateral
§ Oftalmoplegia unilateral
§ Amaurosis
§ Gejala nyeri kepala hebat akibat penekanan tumor pada duramater
3. Perluasan ke belakang : N.VII-N.XII, trismus, sulit menelan, hiper/hipo/anestesi palatum,faring dan laring,gangguan respirasi dan salvias, kelumpuhan otot trapezius, stenokleidomastoideus, hemiparalisis dan atrofi sebelah lidah.
4. Manifestasikelumpuhan :
· N IX: kesulitanmenelanakibathemipareseototkonstriktor superior sertagangguanpengecappadasepertigabelakanglidah.
· N X : Hiper / hipo / anestesi mukosa palatum mole, faring dan laring disertai gangguan respirasi dan salvias.
· N XI :kelumpuhanatauatropiotot-otot trapezius, sterno – kleidomastoideus, sertahemiparesepalatum mole.
· N XII :hemiparesedanatropisebelahlidah.
VIII. PenentuanStadium :
TUMOR SIZE (T)
T
Tumor primer
T0
Tidaktampaktumor
T1
Tumor terbatas pada satu lokasi saja
T2
Tumor dterdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas pada rongga nasofaring
T3
Tumor telah keluar dari rongga nasofaring
T4
Tumor teah keluar dari nasofaring dan telah kmerusak tulang tengkorak atau saraf-saraf otak
Tx
Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak lengkap
REGIONAL LIMFE NODES (N)
N0
Tidakadapembesaran
N1
Terdapat pembesarantetapi homolateral dan masih bisa digerakkan
N2
Terdapat pembesaran kontralateral/ bilateral dan masih dapat digerakkan
N3
Terdapat pembesaran, baik homolateral, kontralateral maupun bilateral yang sudah melekat pada jaringan sekitar
METASTASE JAUH (M)
M0
Tidakadametastasejauh
M1
Metastasejauh
Ø Stadium I : T1 No dan Mo
Ø Stadium II : T2 No dan Mo
Ø Stadium III : T1/T2/T3 dan N1 dan Mo atau T3 dan No dan Mo
Ø Stadium IV : T4 dan No/N1 dan Mo atau T1/T2/T3/T4 dan N2/N3 dan Mo atau T1/T2/T3/t4 dan No/N1/N3/N4 dan M1
IX. PemeriksaanPenunjang
Nasofaringoskopi
a. Rinoskopi posterior denganatautanpakateter
b. Biopsi multiple
c. Radiologi :Thorak PA, Fototengkorak, Tomografi, CT Scan, Bone scantigraphy (biladicurigaimetastasetulang)
d. Pemeriksaan Neuro-oftalmologi : untukmengetahuiperluasantumorkejaringansekitar yang menyebabkanpenekananatauinfiltrasikesarafotak, manifestasitergantungdarisaraf yang dikenai.
X. Penatalaksanaan
a. Radioterapi :hal yang perludipersiapkanadalah KU pasienbaik, hygiene mulut, bilaadainfeksimulutdiperbaikidulu.
b. Kemoterapi
c. Pembedahan
XI. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1.            Nyeriakut b/d ageninjurifisik (pembedahan).
2.            Ketidakseimbangannutrisikurangdarikebutuhantubuh b/d ketidakmampuanpemasukannutrisi..
3.            Risikoinfeksi b/d tindakaninfasive, imunitastubuhmenurun
4.            Kurangpengetahuantentangpenyakitdanperawatannya b/d misintepretasiinformasi, ketidakfamiliernyasumberinformasi.
5.            Harga diri Rendah b/d perubahan perkembangan penyakit, pengobatan penyakit.
XII. PERENCANAAN
No
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
1
Nyeriakut
Setelahdilakukanaskepselama 3 x 24 jam tingkatkenyamanan klienmeningkat, dandibuktikandengan level nyeri: kliendapatmelaporkannyeripadapetugas, frekuensinyeri, ekspresiwajah, danmenyatakankenyamananfisikdanpsikologis, TD 120/80 mmHg, N: 60-100 x/mnt, RR: 16-20x/mnt
Control nyeri dibuktikandenganklienmelaporkangejalanyeridan control nyeri.
Manajemennyeri :
1. Lakukanpegkajiannyerisecarakomprehensiftermasuklokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitasdanfaktorpresipitasi.
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
3. Gunakanteknikkomunikasiterapeutikuntukmengetahuipengalamannyerikliensebelumnya.
4. Kontrolfaktorlingkungan yang mempengaruhinyerisepertisuhuruangan, pencahayaan, kebisingan.
5. Kurangifaktorpresipitasinyeri.
6. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non farmakologis)..
7. Ajarkanteknik non farmakologis (relaksasi, distraksidll) untukmengetasinyeri..
8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
9. Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri.
10.Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain tentang pemberian analgetik tidak berhasil.
11.Monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeri.
Administrasianalgetik :.
1. Cek program pemberiananalogetik; jenis, dosis, danfrekuensi.
2. Cekriwayatalergi..
3. Tentukananalgetikpilihan, rutepemberiandandosis optimal.
4. Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgetik.
5. Berikananalgetiktepatwaktuterutamasaatnyerimuncul.
6. Evaluasiefektifitasanalgetik, tandadangejalaefeksamping.
2
Ketidakseimbangannutrisikurangdarikebutuhantubuh
Setelahdilakukanaskepselama 3×24 jam klienmenunjukan status nutrisiadekuat dibuktikandengan BB stabiltidakterjadi mal nutrisi, tingkatenergiadekuat, masukannutrisiadekuat
ManajemenNutrisi
1. kajipolamakanklien
2. Kajiadanyaalergimakanan.
3. Kaji makanan yang disukai oleh klien.
4. Kolaborasi dg ahli gizi untuk penyediaan nutrisi terpilih sesuai dengan kebutuhan klien.
5. Anjurkanklienuntukmeningkatkanasupannutrisinya.
6. Yakinkan diet yang dikonsumsi mengandung cukup serat untuk mencegah konstipasi.
7. Berikaninformasitentangkebutuhannutrisidanpentingnyabagitubuhklien.
Monitor Nutrisi
1. Monitor BB setiap hari jika memungkinkan.
2. Monitor responklienterhadapsituasi yang mengharuskanklienmakan.
3. Monitor lingkunganselamamakan.
4. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak bersamaan dengan waktu klien makan.
5. Monitor adanyamualmuntah.
6. Monitor adanya gangguan dalam proses mastikasi/input makanan misalnya perdarahan, bengkak dsb.
7. Monitor intake nutrisidankalori.
3
Risikoinfeksi
Setelahdilakukanaskepselama 3 x 24 jam tidakterdapat faktorrisikoinfeksi padakliendibuktikandengan status imuneklienadekuat: bebasdarigejalainfeksi, angkalekosit normal (4-11.000),
Konrolinfeksi :
1. Bersihkanlingkungansetelahdipakaipasien lain.
2. Pertahankanteknikisolasi.
3. Batasipengunjungbilaperlu.
4. Intruksikan kepada keluarga untuk mencuci tangan saat kontak dan sesudahnya.
5. Gunakansabun anti mirobauntukmencucitangan.
6. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
7. Gunakan baju dan sarung tangan sebagai alat pelindung.
8. Pertahankan lingkungan yang aseptik selama pemasangan alat.
9. Lakukan perawatan luka dan dresing infus setiap hari.
10.Tingkatkan intake nutrisi.
11.berikanantibiotiksesuai program.
Proteksiterhadapinfeksi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal.
2. Monitor hitunggranulositdan WBC.
3. Monitor kerentananterhadapinfeksi..
4. Pertahankanteknikaseptikuntuksetiaptindakan.
5. Pertahankan teknik isolasi bila perlu.
6. Inspeksi kulit dan mebran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase.
7. Inspeksikondisiluka, insisibedah.
8. Ambilkulturjikaperlu
9. Dorong masukan nutrisi dan cairan yang adekuat.
10.Dorongistirahat yang cukup.
11.Monitorperubahantingkatenergi.
12.Dorong peningkatan mobilitas dan latihan.
13.Instruksikanklienuntukminumantibiotiksesuai program.
14.Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan gejala infeksi.
15.Laporkankecurigaaninfeksi.
16.Laporkanjikakulturpositif.
4
Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatan nya
Setelah dilakukan askep selama 3×24 jam, pengetahuan klien meningkat.
Knowledge : Illness Caredg kriteria :
1 Tahu Diitnya
2 Proses penyakit
3 Konservasi energi
4 Kontrol infeksi
5 Pengobatan
6 Aktivitas yang dianjurkan
7 Prosedur pengobatan
8 Regimen/aturan pengobatan
9 Sumber-sumber kesehatan
10.Manajemen penyakit
Teaching : Dissease Process
1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang proses penyakit
2. Jelaskan tentang patofisiologi penyakit, tanda dan gejala serta penyebab yang mungkin
3. Sediakan informasi tentang kondisi klien
4. Siapkan keluarga atau orang-orang yang berarti dengan informasi tentang perkembangan klien
5. Sediakan informasi tentang diagnosa klien
6. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau kontrol proses penyakit
7. Diskusikan tentang pilihan tentang terapi atau pengobatan
8. Jelaskan alasan dilaksanakannya tindakan atau terapi
9. Dorong klien untuk menggali pilihan-pilihan atau memperoleh alternatif pilihan
10. Gambarkan komplikasi yang mungkin terjadi
11. Anjurkan klien untuk mencegah efek samping dari penyakit
12. Gali sumber-sumber atau dukungan yang ada
13. Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan gejala yang muncul pada petugas kesehatan
14. kolaborasi dg tim yang lain.
5
Hargadirirendah
Setelahdilakukanaskepselama 3×24 jam klienmenerimakeadaandirinya
Dengan criteria :
· Mengatakanpenerimaandiri&keterbatasandiri
· Menjagapostur yang terbuka
· Menjagakontakmata
· Komunikasiterbuka
· Menghormati orang lain
· Secaraseimbangdapatberpartisipasidanmendengarkandalamkelompok
· Menerimakritik yang konstruktif
· Menggambarkankeberhasilandalamkelompok social
· Menggambarkankebanggaanterhadapdiri
PENINGKATAN HARGA DIRI
1. Monitor pernyataanpasiententanghargadiri
2. Anjurkanpasienutukmengidentifikasikekuatan
3. Anjurkan kontak mata jika berkomunikasi dengan orang lain
4. Bantu pasienmengidentifikasiresponpositifdari orang lain.
5. Berikanpengalaman yang meningkatkanotonomipasien.
6. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas meningkatkan harga diri.
7. Monitor frekuensi pasien mengucapkan negatif pada diri sendiri.
8. Yakinkan pasien percaya diri dalam menyampaikan pendapatnya
9. Anjurkanpasienuntuktidakmengkritiknegatifterhadapdirinya
10. Janganmengejek / mengolok – olokpasien
11. Sampaikanpercayadiriterhadapkemampuanpasienmengatasisituasi
12. Bantu pasienmenetapkantujuan yang realistikdalammencapaipeningkatanhargadiri.
13. Bantu pasienmenilaikembalipersepsinegatifterhadapdirinya.
14. Anjurkanpasienuntukmeningkatkantanggungjawabterhadapdirinya.
15. Gali alasan pasien mengkritik diri sendiri
16. Anjurkanpasienmengevaluasiperilakunya.
17. Berikan reward kepada pasien terhadap perkembangan dalam pencapaian tujuan
18. Monitor tingkathargadiri
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtanmedikalbedah, edisi 8 vol.3.EGC. Jakarta
Guyton, Athur C, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran , Edisi 9, EGC, Jakarta
Iskandar.N, 1989, Tumor Telinga-Hidung-Tenggorokan, Diagnosis dan Penatalaksanaan, Fakultas Kedokteran Umum, Universitas Indonesia, Jakarta
Joanne C.McCloskey. 1996. Nursing intervention classification (NIC). Mosby year book. St. Louis
Marion Johnon,dkk. 2000. Nursing outcome classification (NOC). Mosby year book. St. Louis
Marjory godon,dkk. 2000. Nursing diagnoses: Definition & classification 2001-2002. NANDA
NANDA International, 2001, Nursing Diagnosis Classification 2005 – 2006, USA

No comments:

Post a Comment